Teknologi
merupakan angin segar bagi dunia pendidikan. Ketika mencoba memetakan peta
kemajuan teknologi kapan mulai boomingnya internet ya di kurun 2009(bener gak) hingga kini. Tak terelekkan lagi alat
komunikasi seperti HP tidak sedikit bentuk dan ragam desainnya, bahkan dalam
hitungan hari sudah muncul lagi jenis HP yang baru. Itu baru HP, kini bak jamur
di musim penghujan berbagai tablet, ipad, laptop mini dan lain sebagainya
saling bersaing untuk memunculkan yang terbaik. Angin segar ini haruslah ditangkap
para pendidik khususnya dalam pembahasan ini. Mengapa? Inilah sarana efektif
salah satu media yang manfaatnya sangat besar, rugi sekali bila disia-siakan
oleh pendidik.
Kenapa harus media
teknologi?
Tak
dapat dihindari lagi semua lini kehidupan kita berhubungan dengan tekhnologi.
Untuk absen saja para guru di sekolah mulai dasar hingga dosen di perguruan
tinggi sudah menggunakan finger print (absen
sidik jari) yang memudahkan kerja
staf Tata Usaha, contoh kecil betapa dekatnya teknologi dengan kita. Tidak
seperti dahulu seseorang bisa saja mengelabui dengan tanda tangan palsu atau
“titip” ke teman. Tes kerja atau tes masuk sekolah (SMP, SMA dan perguruan
tinggi) juga sudah menggunakan CBT (Computer Based Test) yang dipercaya lebih
akurat dan tak ada kongkalikong antara petugas dan siswa yang di tes.
Teknologi
hadir bukan untuk dihindari, menghindari sama saja kembali ke zaman purba dan
anti progresif (kemajuan). Tetapi
manfaatkan ia sebijak mungkin untuk membantu kerja kita, meminimalisir “lupa”
dan meringkankan tugas-tugas untuk mencapai target berikutnya.
Seorang
guru atau dosen misalnya sangat terbantukan dengan adanya laptop atau tablet
dalam menyusun rencana belajar. Mengupdate info yang selalu berubah juga
menjadi aktifitas wajib bagi para pendidik, tentu sangat memalukan bila guru
atau dosen tersebut “kudet” dalam istilah Raditya Dika (kurang update) dengan info-info saat ini karena
anak-anak antuasias ketika diawal pembelajaran guru menyuguhkan peristiwa
aktual tentang apapun, ini stategi menarik minat anak. Pendidik merupakan
anutan siswa yang perkataan dan perbuatannya digugu dan dititu (didengar dan
dijadikan panutan) maka haruse seiring sejalan tahu realita apa disekitarnya.
Internet
juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran jarak jauh sebagai selingan
dalam belajar, dimana tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Dalam pembelajaran
jarak jauh ini guru/dosen tidak perlu bertatap muka dan para siswa juga bisa
berada dimanapun selama ia masih terhubung dengan internet. Di sisa waktu atau
sambil menunggu aktifitas lain, pendidik juga dapat membuat slide presentasi
dengan segera tanpa perlu menunggu waktu untuk duduk depan komputer. Dengan
sentuhan jari di tablet/ipad sebuah slide presentasi atau bahan ajar siap
digunakan.
Siswa
atau mahasiswa yang mengeluhkan mahalnya biaya kursus dapat diberi solusi
dengan internet. Contohnya untuk les bahasa inggris di suatu lembaga tepatnya
di Jogja untuk 1 paket (conversation) saja sudah butuh biaya 1 juta minimal,
belum untuk paket yang lain (prounoncation dan Toefl) bisa jadi 3 juta lebih
yang menjadikan anak enggan ikut les dengan alasan biaya mahal. Sekarang bukan
zamannya lagi berkata mahal, bahkan youtube dan sosial media lain jadi sarana
efektif untuk belajar. Atau ketika membutuhkan info beasiswa maka selain info
dari sekolah juga penting untuk searching
internet mencari sekolah-sekolah berkualitas di luar negeri. Anak-anak kita
banyak yang mampu hanya saja info-info beasiswa ini yang sering tidak “terbaca”
oleh pendidik
Saya
pernah menghadiri seminar “Pemburu Beasiswa” yang dihadiri kak Nadia K Hakman
dan kak Nur Febriani Wardi saya buku
Haram
Keliling Dunia menceritakan bagaimana sekolah mereka di luar Negeri
berkat beasiswa tersebut. Di kampus-kampus luar negeri segala aktifitas
perkuliahan serba internet, mulai dari mengirim tugas, absen, diskusi, jurnal
terbaru, buku-buku ilmiah hingga populer, sharing dengan dosen dan sebagainya.
Cerita menarik dari kakak-kakak ini yaitu pola pengiriman tugasnya ada
deadline, (seperti lomba menulis ini misal yang deadlinenya 31 oktober 2013)
begitu pula dengan mahasiswa disana bila terlambat 1 detik saja dari ketentuan
jam maka ia tidak dapat mengirimkan tugasnya, hebat ya.
Sebagai mahasiswa mereka juga mendapat pasword
dari pihak kampus sehingga bisa mengakses sebanyak mungkin jurnal baru yang
meminimalisir mendapat ilmu yang “basi”
ibarat makanan. Karena ilmu (termasuk juga tekhnologi) selalu update
setiap hari bahkan menit setiap orang di belahan dunia melakukaan penelitian
lalu mempublish di jurnal sehingga dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya.
Kalau tidak membaca tentu kita tertinggal dan menggunakan ilmu yang “basi”
tadi. Ternyata ini kunci suksesnya negara-negara maju, mereka sangat perhatian
dengan ilmu bahkan dana penelitian disiapkan negara berapapun yang dibutuhkan. Beberapa
jurnal online yang penting bagi para pendidikan diantaranya EMERALD, EBSCO,
CENGANGE, Oxford Islamic Studies (bagi pendidikan Islam dan wacana ke-Islaman)
dan lain sebagainya. Didalamanya berisi ratusan hasil penelitian yang selalu
baru dan memberi “warna” dalam memperbaiki pendidikan.
Peran orang tua dalam
pemanfaatan teknologi.
Ada
ketakutan-ketakutan tak beralasan dari sejumlah orang yang bahkan menghindarkan
putra-putrinya dari teknologi. Tidak boleh membawa HP seperti teman-teman
lainnya, tidak ada televisi di rumah, tidak boleh menggunakan internet. Untuk
pengkondisian mungkin bisa jadi ada yang membenarkan, tetapi disayangkan sekali
bila ini dilakukan oleh orang yang mempunyai pendidikan. Utamanya bila ingin
meredam efek negatif tekhnologi bukan dengan cara menutup seluruh akses
informasi, gunakan jalur-jalur edukatif dengan baik.
Cara
yang wajib dilakukan orang tua adalah membimbing putra-putrinya, selalu
melakukan dialog dengan baik tentang keseharian anak (terbuka), menjadikan
orang tua teman akrab anak. Juga yang terpenting adalah orang tua menguasai
lebih dahulu teknologi tersebut. Sebutlah HP bagi anak usia SD bila pun sangat
diperlukan maka orang tua harus lebih tahu tentang pemanfaatan HP mulai dari
fitur, aplikasi,serta bagian lain sehingga dapat mengawasi aktifitas anak
dengan Hpnya juga dapat memblokir situs-situs atau aplikasi yang tidak
bermanfaat.
Habibi
pernah berkata: kita harus jadi pemain, jangan hanya jadi penonton globalisasi.
Habibi tidak sekedar berkata tapi membuktikan dengan dedikasi yang tinggi
membuat ia diakui Jerman. Kini, ketika menutup mata terhadap teknologi kapan
mimpi menguasai dunia terwujud?