Hai, kali ini saya ingin membagi tips
menulis serta mengirim opini ke media massa. Saya bukan orang yang ahli tapi
Cuma ingin berbagi pengalaman saja yang alhamdulillah beberapa kali lolos
tayang. Opini yang saya bidik adalah kolom aspirasi mahasiswa halaman 6 yang
tayang setiap selasa. Sebenarnya sudah lama tahu kalau setiap selasa harjo
menerima opini dari mahasiswa. Sempat was-was juga karena dengar dari banyak
senior bahwa untuk mengirim opini akan dilihat titel dan kedudukan di dunia
akademik. Misalnya peneliti di Asosiasi X, dosen bidang Y, atau pakar bidang
XY. Maka jangan sia-siakan ketika kamu masih duduk di bangku mahasiswa, KTM adalah senjata ampuh
untuk menunjukan jati dirimu.
Kenapa menulis?
Pertanyaan klasik ini mengusik
beberapa orang yang seakan meragukan keseriusan kita untuk menulis. Setiap
orang bebas memilih alasan termasuk alasan mengapa ia menulis. Jujur saya mulai
menulis ketika ada lecutan semangat dari dosen. Ceritanya saat mata kuliah
tersebut, dosen saya yang aktif menulis di koran selalu membagikan artikel yang
ia tulis kemudian diterbitkan oleh koran. Dari materi koran itu kemudian kami
di minta menganalisis. Keren kan. Dosen ini sempat melontarkan kalimat yang
menanyakan siapa yang pernah menulis di media (tanpa tanya terbit gak ya?)
Hehe. Spontan saya jawab, “Wah, nulis tapi gak pernah muncul di opini umum
pak”. Bapak itu langsung mengatakan, “Setidaknya kamu sudah menulis, nih buku
untuk kamu”. OMG seneng banget plus bertekad buat nulis.
Dosen S1 saya dulu pun tak kalah
hebatnya, julukannya saya Pena Hebat yang berhasil menulis 30 buku dalam 2
tahun. Beliau membuat sebuah kesepakatan bahwa ketika ada tulisan yang muncul
di media massa maka nilai mata kuliah tersebut akan diberi nilai A. dengan
catatan semua tugas beres, absen full dan patuh tata tertib. Yah, teori
motivasi pun mengatakan demikian bahwa semakin besar imbalan yang didapatkan
maka semakin semangat pula kita dalam mengerjakan sesuatu.
Gimana mulainya?
Oke. HarianJogja menyediakan kolom
untuk mahasiswa pada halaman 6 setiap hari selasa. Temanya berganti setiap
minggu, jadi kita harus beli korannya. Kalau dulu ada epapernya sehingga kita
hanya cukup buka webnya dan mencatat apa tema minggu ini. Saya sendiri hanya beli
koran di hari selasa, untuk melihat tema sekaligus mengecek tulisan kita muncul
tidak.
Melihat perkembangannya, koran ini
sangat kompetitif. Tulisan yang dimuat bervariasi dari setiap kampus yang ada.
Tidak ada diskriminasi kampus negri atau swasta sehingga terbuka siapapun yang
ingin mengirim.
Teman saya pernah komentar ketika saya
beri tahu tema mingguannya, “Wah apaan tu, kaga ngarti sama istilah itu (sambil
menunjuk tema yang cukup rumit)”. Kalau saya sih, zaman internet begini jangan
bikin nyali menulis jadi ciut. Googling aja kata yang sulit itu lalu telusuri
apa yang terjadi. Dari berbagai versi koran di internet lalu sarikan dengan
kalimatmu sendiri. Bisa juga dengan melihat koran edisi cetak yang ada di
mading kampus (kamu pasti lebih rajin dari saya).
Urutannya:
- Mulai telusuri tema tadi sambil mencari referensi buku, televisi, hingga obrolan di warung mi ayam (warga sekarang melek media). Sarikan dengan kalimatmu. Atau bisa juga cuplik kutipan penting dari koran yang kamu suka, diutamakan milih Harjo sendiri loh ya. Tapi jangan sekali-kali lupa menyebutkan sumbernya. Tulis dalam kurung sumber beserta tanggal terbitnya. Jika memang itu media online maka cantumkan alamat webnya. Ingat copas itu dosa ya, plus mencoreng nama baik kita sebagai warga akademisi.
- Alinea pertama bisa ditulis opini koran yang menguatkan. Alinea kedua berisi teori yang pakem. Misalnya undang-undang, Perda, teori kepemimpinan dalam buku Pak X dan lainnya. Alinea ketiga lalu ramu dengan mengutarakan solusi serta saran untuk perbaikan dari masalah yang muncul. Tulis sekitar 2 halaman spasi 1.5
- Ada baiknya memberi sudut pandang yang unik. Misalnya semua orang kontra tapi kamu memilih pro dengan alasan-alasan serta bukti yang lebih otentik.
- Endapkan. Deadline harjo pada hari jumat, sebaiknya hari rabu sudah kau tuliskan opinimu (mengejar deadline, bayangkan tiba-tiba listrik mati, internet lambat atau hal2 yang menyita waktu). Hari kamis kau baca lagi 2-3x lalu perbaiki ejaan, tanda baca, cek lagi referensi yang dipakai serta fikikan lagi judulnya. Apakah cukup menggoda editor untuk memilihmu. Saya terbiasa menulis judul diawal namun bisa juga diubah begitu dibaca lagi ternyata tidak pas.
- Kamis pukul 10.00 pagi segera kirimkan ke alamat email aspirasi@harianjogja.com. Tulisan disertai identitas dan foto santai/resmi. Baik juga sertakan scan KTM yang menandakan kamu benar-benar mahasiswa
- Kamis sore cek lagi emailmu. Kadang pending bahkan gagal terkirim. Saya sering begini akibat koneksi yang tidak stabil
Well, jangan sungkan bahkan
menghabiskan masa mahasiswamu tanpa sekalipun menggunakan fasilitas wifi kampus
untuk berkirim email dengan media massa. Perhitungkan juga masa-masa menjadi
mahasiswa yang hanya terbatas 4 tahun atau 2 tahun untuk S2. Setelah itu KTM mu
akan off selamanya.
Oiya, honor dari Harjo lumayan untuk
sekedar mengganti biaya fotokopi tugas kuliah. Hanya dengan menulis 1.5-2
halaman kita akan diberi Rp.100.000,-
Eits..bukan uangnya besar atau kecil. Namamu yang
muncul di media akan terkenang sampai kapanpun bahwa kau berhasil menakhlukan
sebuah media dengan menorehkan namamu di daftar penulisnya. Untuk kampus UIN
SUKA, di S1 bagi teman-teman yang berhasil menulis di media kemudian
menyertakan nama mahasiswa Uin Suka, tunjukkan hasil tulisanmu ke bag
kemahasiswan. Akan diberi reward sekitar Rp.100.000,-. Lumayan kan, bisa buat
bensin sebulan kalau saya. Di S2 pun, bagi mahasiswa yang bisa menulis dengan
syarat yang sama dengan S1 maka akan diberi sekitar Rp.100.000,- untuk yang
media lokal. Nasional sekitar Rp.250.000,- (kalau tidak salah) dan
internasional Rp.500.000,-.
Jangan ciut, ah cuma 100rb doang,
lumayan loh kalau yang lolos 17 artikel lokal? Emang masih dikit sih. Tapi kan
lumayan, siapa coba yang mau ngasih duit segitu. Cobain deh, beda loh pegang
duit hasil menulis sama nodong dari orang tua. Trust me ^_^
2 komentar:
Maaf itu alamat pengirimannya apakah masih tetap hingga saat ini?
Halo kak, tadi disebutkan bahwa lebih baik mencari berita dari koran yang berbentuk fisik. Nah apabila dalam bentuk berita web di Harjo apakah boleh kak?
Posting Komentar