Cepat sekali waktu berlalu. Jadi ingat
logo di tembok kos vida,
“Jangan mengira waktu berlalu begitu cepat, mungkin kau yang bergerak begitu lambat”.
Kurang lebih begitulah bunyinya. Tapi saya
pun mengamini, cepat sekali waktu di lalui di kampus UIN ini. Masuk bulan
September 2013, kini kami sudah harus di wisuda ahad besok. Antara senang,
bangga, serta galau jadi penyempurna rasa ini. Ya, strata magister menuntut
kami memiliki kompetensi yang lebih dari sebelumnya. Itulah yang membuat saya
takut, takut melangkah karena beban di pundak semakin berat. Takut menatap
karena di depan banyak ranjau menanti. Takut ini, takut itu. Mungkin perasaan
yang wajar dialami para wisudawan. Bahkan banyak yang bilang, “Wisuda adalah
gerbang pengangguran”.
sumber |
Pemeo ini tidak begitu saya fikirkan. Sebagai muslim
yang baik kita percaya bahwa :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki (QS. Hud: 6)
Jadi bisa-bisa ikut musyrik seseorang bila ikut
meyakini bahwa wisuda adalah gerbang pengangguran, karena ia tidak percaya
Allah Ar Rozzaq. Bahwa rezeki adalah rahasia sebagaimana ajal, lahir, jodoh, bahagia
dan sedih. Kita hanya harus menggapainya dengan usaha keras. Bahwa rezeki bukan hanya pekerjaan dibalik kursi yang penuh formalitas, tidak ada definisi pekerjaan termulia dalam kitab manapun dan tidak ada satu pekerjaan tercela disudut dunia manapun. Tinggi rendahnya seseorang bukan karena pekerjaan yang dimilikinya. Hanya soal persepsi saja, bagi tiap mata punya hak melihat mana yang terbaik diantara yang baik.
Ketakutan para wisudawan bukanlah
takut hanya sedikit risau dengan berbagai anggapan masyarakat dan orang tua
yang terlalu berharap banyak pada anaknya. Untuk itulah sebagai teman, kakak,
sahabat, adik, orang tua dari teman-teman yang di wisuda selayaknya jangan memberi pertanyaan yang
menjustifikasikannya bahkan menyudutkan, parahnya mengecilkan hatinya. Besarkan
asanya untuk menyempurnakan daftar mimpinya. Sesungguhnya ia pun tidak bisa
menjawab pertanyaan itu, “Akan jadi apakah engkau setelah ini?, Hanya Allah lah
yang sanggup menjawab. Untuk itu, jangan jadikan wisuda adalah akhir belajar.
Ia hanya tenggat waktu belajar yang tercapai dan maut lah batas seseorang
belajar.
-Jumat, Jelang Gladi Bersih
0 komentar:
Posting Komentar