Alhamdulillah, puji syukur kita limpahkan pada Ilahi Rabbi hingga saat ini oksigen masih bisa kita hirup sempurna. Tidak terganjal selang dihidung, atau cincin di jantung seperti apa yang saya dengar dari dosen beberapa bulan lalu. Bersyukur umur kita disampaikan hingga syawal 1435 H, tanpa halangan tanpa syarat. Namun kita yang suka memberi syarat macam-macam..
Ok well,, kali ini saya ingin menulis Metode Jibril dalam Menghafal Qur'an. Kata ini saya dengar ketika menonton anak luar biasa di Hitam Putih Trans7, episode lengkapnya bisa buka
ini. Nawala, seorang pemuda kecil berumur 6 tahun yang bisa menghafalkan al Qur'an. Nawala Aji Pradana adalah putra dari bapak Muslim dan Ibu Nur Rahmi berasal dari Aceh.
Kondisi fisik lah yang menjadikan banyak orang haru bahkan tak menyangka, anak sekecil itu bisa menghafal Al Qur'an. Hanya diajarkan oleh ayahnya yang juga Difable,dan untuk menghafalkan mereka membutuhkan al Qur'an Braille. Konon katanya harga al Qur'an ini 90 juta full 30 juz. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan, Allah...ampuni kami..
Bulan Romadhon kemarin 2 stasiun tv menyiarkan acara Hafidz Qur'an yang diisi oleh anak-anak kecil bahkan sangat belia. Ini membuka mata bahwa di Indonesia banyak orang tua yang peduli dan mempersiapkan anaknya untuk Islam. Karena merekalah generasi mendatang yang akan memimpin Indonesia. Semoga sejak kecil al Qur;an telah terhujam di dadanya hingga akhir hayat.
Sebagai para dewasa kita iri banget, bahkan sangat iri. Bagaimana melihat Musa, pemuda cilik 5 tahun bisa hafal al Qur'an bahkan mendapat penghargaan dari Raja Saudi. Musa, bocah yang berumur 5,5 tahun fasih menghafal 29 juz Al Quran. Hanafi, orang tua musa mengisahkan bahwa sejak masih dalam kandungan Musa sudah dikenalkan dengan bacaan Al-Qur’an yang dibacakan oleh ia dan ibunya. Bila kebanyakan janin yang didalam rahim menurut penelitian akan merasa rilek bila didengarkan musik klasik, kami mendengarkan Musa yang saat itu masih dalam kandungan dengan bacaan- bacaan Al-Qur’an” Hanafi mengenang. Membimbing Musa untuk menjadikan seorang penghafal Al Quran, bukan tanpa perjuangan bagi orang tuanya yang hanya bekerja sebagai petani yang tinggal di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Bahkan ia sempat dicap sebagai ekstrimis karena tidak memberikan ruang untuk Musa untuk melakukan kegiatan sebagimana anak kecil lainnya, bahkan ia
merasa iba bila anaknya menangis. Hanafi menceritakan saat Musa berusia dua tahun ia mulai mengenalkan dengan huruf- huruf hijaiyah. Metodenya sederhana ia menempel di dinding satu dua huruf hijaiyah untuk selalu diulang-ulang oleh Musa. Setelah beberapa hari dan meyakini anaknya sudah hafal huruf tersebut ia mengganti dengan huruf lainnya. Metode tersebut terus dilakukan hingga keseluruhan huruf hijaiyah tuntas. Bahkan saat umur Musa menginjak 3,5 tahun ia sempat bosan, dan bahkan sering menangis saat diajak mengaji, namun dengan tekat yang sudah kuat untuk menjadikan anaknya seorang penghafal Al Quran, Hanafi tidak menghiraukan dari anaknya tersebut. Untuk lebih meningkatkan hafalan Al Quran, musa juga dibantu oleh rumah tahfidz Sabilar Rosyad. Sekarang jeri payah yang dirintis oleh orang tua musa sejak kecil menuai hasilnya, Hanafi sangat bersyukur dan bangga dengan metode yang ia terapkan. Selain sudah dapat menghafal 30 Juz dalam 3 tahun, Musa kecil selalu membangunkan dirinya untuk Qiyamullail. Bahkan Musa setelah itu tidak tidur lagi tetapi ia menunggu waktu subuh, dan setelahnya ia bermain dengan anak-anak sebayanya. Satu yang membedakan di kala bermain Musa menyempatkan untuk Murojaah, mengulang kembali, hafalan Qur’annya. Bahkan juri pada Ajang Hafidz Indonesia 2014, host Irfan Hakim dan seluruh penonton di studio menitikan air mata haru, dimana bocah berumur 5,5 tahun ini benar semua dalam melanjutkan alunan ayat suci Al Quran yang diberikan oleh Juri ataupun penonton. (sumber: fb HI)
Seperti
diberitakan atjeh.org, Nawala merupakan salah satu dari 224 peserta
anak berusia 3-7 tahun yang mengikuti audisi di Banda Aceh pada 12-13
April 2014 lalu. Nawala merupakan anak dari pasangan Muslim dan Nur
Rahmi. - See more at:
http://atjehpost.com/articles/read/7095/Hafidz-Cilik-Asal-Aceh-Bikin-Juri-Hafidz-Cilik-Indonesia-Menangis#sthash.Hwyz5WFQ.dpuf
Seperti
diberitakan atjeh.org, Nawala merupakan salah satu dari 224 peserta
anak berusia 3-7 tahun yang mengikuti audisi di Banda Aceh pada 12-13
April 2014 lalu. Nawala merupakan anak dari pasangan Muslim dan Nur
Rahmi. - See more at:
http://atjehpost.com/articles/read/7095/Hafidz-Cilik-Asal-Aceh-Bikin-Juri-Hafidz-Cilik-Indonesia-Menangis#sthash.Hwyz5WFQ.dpuf
Seperti
diberitakan atjeh.org, Nawala merupakan salah satu dari 224 peserta
anak berusia 3-7 tahun yang mengikuti audisi di Banda Aceh pada 12-13
April 2014 lalu. Nawala merupakan anak dari pasangan Muslim dan Nur
Rahmi. - See more at:
http://atjehpost.com/articles/read/7095/Hafidz-Cilik-Asal-Aceh-Bikin-Juri-Hafidz-Cilik-Indonesia-Menangis#sthash.Hwyz5WFQ.dpuf
Seperti
diberitakan atjeh.org, Nawala merupakan salah satu dari 224 peserta
anak berusia 3-7 tahun yang mengikuti audisi di Banda Aceh pada 12-13
April 2014 lalu. Nawala merupakan anak dari pasangan Muslim dan Nur
Rahmi. - See more at:
http://atjehpost.com/articles/read/7095/Hafidz-Cilik-Asal-Aceh-Bikin-Juri-Hafidz-Cilik-Indonesia-Menangis#sthash.Hwyz5WFQ.dpuf
Seperti
diberitakan atjeh.org, Nawala merupakan salah satu dari 224 peserta
anak berusia 3-7 tahun yang mengikuti audisi di Banda Aceh pada 12-13
April 2014 lalu. Nawala merupakan anak dari pasangan Muslim dan Nur
Rahmi. - See more at:
http://atjehpost.com/articles/read/7095/Hafidz-Cilik-Asal-Aceh-Bikin-Juri-Hafidz-Cilik-Indonesia-Menangis#sthash.Hwyz5WFQ.dpuf
kembali ke cerita ayah Nawala, bagaimana seorang Difabel bisa menghafal? Mungkin ini metode Jiibril kata ayahnya. Seperti Rasulullah yang didiktekan al Qur'an oleh Jibril, saat itu Rasul dalam keadaan tidak bisa membaca namun Jibril memerintahkan untuk mengikuti apa yang ia baca.
Hal itu pula yang dilakukan ayahanda Nawala, setiap selesai solat dan waktu luang maka ayahnya memandu menghafal al Qur'an. Mudah bukan? tak mudah bila tak pernah dicoba.
Setiap anak punya cara berbeda untuk menghafal, tidak bisa disama ratakan. Penemuan metode yang tepat harus melalui riset alami dengan mengajarkan anak melalui berbagai metode mana yang ia cocok. Saya mempunyai teman yang ketika menghafal ia tidak bisa ditempat ramai dan hafalan itu hanya dipandanginya tanpa diucapkan, hasilnya ia bisa menghafalkan dengan baik. Ada juga teman yang harus ditempat ramai, katanya dia stres jika menghafal ditempat sepi, ada pula yang harus teriak sekencang-kencangnya bahkan tidak jarang banyak teman yang berjejer dipinggir kali dekat ma'had kami karena lebih konsen dengan cara begitu. Ada juga yang bisa menghafal setelah mendengar bacaan Syaikh kesukaannya seperti Musyari Rasyid, Ghomidi dsb. Sekali lagi, metode hanya sarana, yang tujuan utamanya hafal. Boleh kita gunakan berbagai metode dan strategi yang anak enjoy dengannya.
Anak kecil ibarat spons, ia menyerap semua yang diberi orang tuanya. baik-buruk semua ia telan, terlebih masa anak-anak yang belum banyak beban adalah masa terbaik untuk menghafal. Bukan berarti orang dewasa tak bisa, tapi upayanya harus lebih ekstra.
Simple bukan, namun orang tua harus rutin. Harus ada pengorbanan, bila orang tua tak menguasai maka bisa membawa anak pada orang yang lebih ahli dalam menghafal serta terjaga akhlaknya. Tetapi lebih baiknya orang tua langsung yang mengajarkan dan harus rutin.
Apakah anak akan stres menghafal segitu banyak ayat al Qur'an?
MasyaAllah, sudah kita saksikan begitu banyak anak kecil yang menghafal Qur'an. Mereka tetap bisa senyum, bisa bermain dengan temannya, tetap sekolah. dan belum ada sejarahnya orang yang menghafal al Qur'an akan stres/gila bahkan sebaliknya.
Tapi perlu diperhatikan pada siapa anak belajar, sangat disayangkan bila hafalan sudah melekat kuat tapi salah tajwid atau huruf, karena sulit membenarkannya. Untuk itulah wajib bagi orang tua memberi ilmu agama pada anaknya, melalui apapun. Bisa menyekolahkan anak di rumah tahfidz maupun dididik sendiri.
Semoga Allah swt mudahkan kita dalam membimbing anak hingga menjadi mutiara dunia-akhirat.
Amiin