29 Oktober 2013

Kunci Sukses dunia-akhirat

di 11.26 0 komentar

”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an” (H.R Muslim).
Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw.

Pernah kan merasakan kok hidup tidak ada peningkatan, begini-begini saja tiap hari-bulan-tahun.  Sudah coba menulis jadwal rutin harian, target besar-besar namun kok jauh api dari panggang.
Buku diary berjilid-jilid berisi target besar, lengkap dengan tahun, bulan dan langkah yang akan ditemuh. Mengapa susah sekali merealisasikan?
atau punya mimpi besar, ingin jadi Insinyur, Dokter, Polisi, Dosen, dsb, tapi kita tidak tau kuncinya apa. kuncinya ini teman 
”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an” (H.R Muslim). 

Pagi hari bangun-solat-sarapan-kuliah (pulang sore), lalu malamnya kerja makalah (kalo lagi mood), FB-an sampai ngantuk, dan akhirnya tidur lagi.

Inikah hidup?
Jika umur manusia seperti Rasulullah SAW 63 tahun, tidur dalam sehari 8 jam x 30 hrx 12 blnx63 thn = 

Bayangkan berapa banyak waktu untuk tidur, lalu pernah-kah menghitung berapa waktu untuk ibadah.
Sholat 5 waktu sekitar 5 menit tambah sunnah mungkin dibulatkan menjadi 1 jam plus ngaji atau baca2 buku agama, terjemah, hadis/ tafsir.
1 jam x 30 hrx 12bln x 63 thn= hitung sendiri

Saya menulis ini karena benar-benar merasa "kosong", heran juga mengapa setelah menempuh s1 lalu melanjutkan s2 ini tetap ada yang kurang. Mungkin beda ketika hidup saya disini http://limabelasmenit.blogspot.com/2013/10/refleksi-7-tahun-di-asrama-kehidupan.html. Semua kuliah yang saya dapatkan rasanya "biasa" saja. Apa saya yang tidak bisa mengambil "hikmah" dari para dosen ini, atau saya yang tidak serius. 

24 Oktober 2013

Hei....kamu yang PAI

di 23.03 0 komentar
  
 Imam Asy-Syafi’i:

“Setiap bertambah ilmuku, maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.”

Tepat sekali kata Imam Syafi'i, cukup heran juga saya, Hampir tiap hari merasa bahwa makin bodoh, kuper dan telat banget semuanya. Gini ceritanya, memasuki gerbang s2 entah mengapa seperti ada "amanah" lain, Oya tadi juga baca majalah "Chic" pas cerita tentang Mashanda yang dulu sempat over labil (apalah bahasanya), pokoe semenjak kecil kan dia artis, masih inget dong pas dia jadi Lala yang punya Ibu Peri. setelah ratingnya naik, dia terus memacu dirinya untuk bisa jadi nomor 1. Bila sudah tercapai terus lagi dia paksa agar bisa lebih baik, namun..hatinya kering. Gersang. Sampai akhirnya ngupload videonya yang geger di tahun 2009, akhirnya insyaf dan sekarang jadi menutup aurat -MasyaAllah

Lalu, si Michael Jakson-pun demikian, dimana ia memforsir dirinya untuk selalu jadi nomber wahid lah. yang ujung-ujungnya membuat dia kolaps dan meninggal.

Beberapa artis lain (karena yang muncul di tipi artis, mungkin org biasa jg ada cuma gak di ekspose), juga sama.. bahkan yang stres akut gara-gara "pressure" yang over.

Lalu, apa hubungannya?
Begini, Setelah s2 ini lingkungan saya (kampus) sering banget membahas tentang kualifikasi dan masa depan kami. Sudah pernah saya bahas bahwa saat ini s2 bak kacang goreng yang tidak lagi istimewa, biasa-biasa saja untuk ukuran zaman sekarang. Obrolan itu antaranya, jurusan saya kan PAI-S2 juga linier PAI (pengennya s3 juga ya Allah, amin) nah, kalau mau jadi dosen mau ngajar apa :D
Sontak baru nyadar, iya ya kan dikampus itu misal : makul B Indo diajar oleh lulusan sastra indonesia, B. arab-lulusan b. Arab, Statistik/Psikologi/Manajemen/SKI/ dan semua-dihasilkan fakultas yang bersangkutan.  Lalu PAI?

Teman saya sempat galau dan pengen ganti jurusan.
Kalau saya sih punya pendapat begini : "Sekarang urusan cari ilmu, ya cari ilmu dulu..urusan besok jadi apa ya sambil jalan saja", yang terpenting kita punya daya tawar.. untuk ukuran dunia saat ini (spesifik dunia jogja aja lah yang mikro) paling tidak si cados punya "spesialis" atau daya tawar yang bisa diandalkan, seperti :
  • Menulis     : Buku, jurnal mulai lokal-interlokal (maksunya internasional), aktif nulis di koran, blog dsb
  • Bahasa     : Minimal Arab Inggris 
  • Baca        : Doyan baca dan update keilmuan saat ini
  • Pendidikan : Minimal s3 lah (target)
  • Link        :  tak kalah penting, harus kenal sama dosen-dosen (bukan cari muka, tapi cari info lo,)
dan yang lain pasti faktor luck :D, tentu doa ortu dan usaha keras kuncinya..

Intinya, gak usah galau.. Yakin dan ikuti prosedur dari Allah dengan jalan yang baik agar keberkahan rezeki didapatkan.
Berkah artinya bertambahnya kebaikan (dalam bentuk apapun), tidak melulu harta.
SO, jadi apapun yang penting manfaat

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain" (Hadis)
"Seseorang tidak akan meninggal sebelum sempurna rezekinya"
Rezeki-Jodoh-Maut Takkah Pernah Tertukar,
Dunia bukan akhir segalanya, mungkin jika tak ditemui di dunia tandanya Allah siapkan di surga yang lebih kekal abadi 

Nabi saja di UJI lho ^^

di 22.29 0 komentar
Pernahkah teman merasakan bahwa dalam sehari kita selalu ditmpa sial.
Sehari ini saya merasakan, mulai dari pagi kuliah terlambat karena ada pemilihan kepala desa. sampai kampus si pak dosen yang menerangkan agak "jutek" karena aku menanyakan sesuatu yang tidak bisa dijawab dengan memuaskan dan merasa "marah" krn tdk terima klaim truth yg saya utarakan -__- kuliah pengganti sih, eh.. diakhir sesi si bapak bilang "Tanya-nya udah ya,, saya ada acara"
Habis itu sembari menunggu jm 15.00 untuk kul sesi 2 saya ke perpustakaan, setelah siap semua perbekalan (Laptop, charger, buku, ktm n hp) yah.. HP saya mana???
barulah teringat hp ketinggalan di kelas -__- payah
Udah balik ke pasca eh, masih dpake kuliah, sungkan juga akhirnya minta tolong teman buat ngubungi HP ku khawatir kalo ternyata bukan di kelas..Saya sih pasrah kalo emg bukan rejeki cuma masalahnya itu HP adek, n kasian kalo ternyata Ibu sms dadakan suruh jemput ato hal lain yg urgent. Setelah mondar-mandir akhirnya ketemu. Saya juga "sakjane" tau kalau "Setiap barang ada ajalnya" (Hadis) tapi yo tetep was2 - Alhamdulillah masih rejeki
Capek muteri perpus-pasca akhire ke masjid UIN buat "ngadem", sebelumnya wudhu dan naik ke lt.2 tempat akhwat. Udah iqomah ternyata, duh gak bawa rukuh akhirnya BUANG MALU pinjem rukuh org baik di masjid, hmmm
Habis itu kan ceritanya laper ni, nah baru inget tadi bawa melon nih pasti seger banget. Pas buka plastiknya waduh koq ga ada. Gemes kroncongan,, 
Sabar..Kontrol diri.. Udah ah, sembari ngetik nunggu jam 14 ke pasca aja biar gak buru-buru. Hehe... kaos kaki saya ilang sebelah pemirsa -_- pas menuruni tangga dekat tempat wudhu ketemu juga pasangannya, wkwkwk.. lucu plus seneng 
Pukul 15.00-17.00 Datar
Saya ngelesin anak di Jakal km 10 smp malem, pulang2 hampir jam 20.00 betapa kroncongannya :D
Pukul 20.00
Alhamdulillah akhirnya sampai rumah, Bapak nawari "Mbak mau mi ayam? sekalian tak belikan" Ya ampun langsung berbinar2, udah ambil nasi tapi gak jadi makan ah, nunggu mi aja..
Sambil cerita2 dengan IBu tentang kejadian sehari ini, Ibu bilang "Firasat ibu gak enak habis kamuu cerita", tidak berapa lama bapak saya datang dengan santainya "Semuanya tutup kan laris td ada pemilu". wkwkwk... nasi udah kering ni,, kata ibu "Tu, kan mbak.. sempurna banget hari ini " :D
Hehe.. tentu sering ya mengalami hal-hal yang mengesalkan seharian penuh, Tapi ketika itu semua udah lewat, coba deh diinget-inget lagi betapa OON-nya kita saat melalui hal-hal konyol itu. INilah Rahmat Allah yang menjadikan warna-warni hidup. Betapa membosankan bila hidup terus bahagia-terus cukup-tak ada masalah.
Prinsip orang muslim kan : Jika di beri nikmat dia SYUKUR dan jika diuji dia SABAR
Tapi memang hikmah selalu datang belakangan, padahal namanya SABAR itu SAAT PUKULAN PERTAMA, jika sedang diuji terus mengeluh-nggresulo ya berarti kita udah kalah di ujian kesabaran.
dan selalu pegang ayat ini :


boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Yang terpenting dari hidup ini adalah proses, bukan hasil semata. Jika merasa terpuruk-bersyukurlah tanda sebentar lagi kamu akan bahagia, Jika protes berarti menolak "jadwal" bahagia yang Allah berikan selanjutnya. Dan tidak sendiri kok, orang lain-pun merasakan hal yang sama bahkan lebih dari yang kau rasa.  Orang lain terlihat bahagia karena tidak menceritakan kesusahan-nya atau kamu tidak tahu masalah yang ia hadapi. 
Selama masih bernafas, tidak akan ada yang "bebas" dari ujian. Nabi dan para sahabat yang lebih mulia pun dalam shiroh-nya penuh dg ujian apalagi kita yang generasi ke sekian... 
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ


"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)



*Sekedar, memoar untuk menyadarkan diri bahwa bukan hari, keadaan bahkan kamu yang menyebabkan sial ^_^ 

                                                                                                   



17 Oktober 2013

Refleksi 7 tahun di asrama kehidupan

di 20.05 0 komentar

*Tulisan ini refleksi hidup di asrama selama 7 tahun
Alhamdulillah wa syukurillah, cerita sedikit tentang asrama dulu. Taruna Al Qur-an namanya.
Hidup jadi santri selama 7 tahun tak terbayangkan, sempat merasa terpuruk di tahun-tahun awal. Merasa rindu dengan orang tua (karena saya jarang bertemu orang tua, kerja PP ke Poso, Sulawesi).

Tahun Pertama....
Sangat berat, semua harus dilakukan sendiri mulai dari bangun hingga tidur kembali. Nyuci-makan-mandi-belajar- dan ini adalah adaptasi yang berat untuk anak rumahan seperti saya.
Syok luar biasa menemukan kondisi yang serba antri, entah mau makan-mandi-nyuci-njemur-antri koperasi- dsb. Serba tertib, telat bangun maka tak dapat kamar mandi--alamat telat kemasjid dan dihukum..telat makan artinya tidak makan hingga waktu makan berikutnya..telat antri mandi--maka seharian tidak mandi. Stres karena penggosoban (minjam  tanpa izin), betapa repotnya saya dulu semua barang harus dikunci dalam lemari dan bawa kunci kemana-mana, kalau tidak begitu maka raib barang-barang saya, sendal harus diumpet-kan sedemikian rupa jika masih ingin menggunakan sandal itu. Piket masak yang bergilir, dan masih pakai tungku, wajan. Kayu harus membelah sendiri, menjemur serta menjaga bila sewaktu-waktu hujan berlari menyelamatkan kayu. Masak dimulai dengan membersihkan sayur yang berikat-ikat, mengulek bumbu dalam porsi besar dan jika air mati maka "ngangsu" jadi agenda wajib. Setelah matang dan bersiap tidur maka akan ada ritual "bagi intip" yang jadi makan siang kami untuk pengganjal perut esok pagi.
Menyetrika dengan bara, ini juga berat banget dan bikin nangis tiap hari.

15 Oktober 2013

Belajar dari Ibrahim AS

di 20.40 0 komentar

Allahu Akbar Allahu Akbar..La Ilaha Illallahu Allahu akbar, Allahu Akbar walillahil hamdu
Luhurnya akhlak Ibrahim pesona tersensendiri. Pantaslah ia jadi "bapaknya para Nabi"
sosok penuh Rahmat yang Allah turunkan, ibrah untuk kita semua
kisah Ibrahim tentu kita tidak asing lagi
beberapa point penting :

  • Sejak kecil ia hidup ditengah keluarga yang politeis, tentu sangat riskan dan kecil kemungkinan bila ia tak sepaham dengan orang tuanya. tapi tidak dengan Ibrahim kecil, sinyal Tauhid ia tangkap lewat indrawi. Bagaiman melihat, bintang--bulan--matahari yang pada akhirnya ia sangsikan bahwa dibalik semua ini ada Tuhan yang paling Agung. Intuisi Ibrahim kecil bekerja dengan sempurna
  • Dimasa mudanya, ia ditentang oleh Namrrud, Raja lalim yang kemudian menghukum Ibrahim dengan membakarnya di api yang sangat panas. Tapi dengan perlindungan Allah api menjadi dingin (QS Al-Anbiyaa [21]: 69)
  • Ketika Ismail kecil lahir, Allah perintahkan untuk hijrah ke Bakkah (Makkah) dimana saat itu padang yang tandus lagi gersang. merespon dengan keimanan tanpa ragu ia meninggalkan anak-istrinya bukan karena tega. Justru cinta yang jadi alasan. Hingga kini syariat Haji tetap lestari
  • Setelah lama menikah, tak jua diberkahi putra. Maka kemudian dia sempat berkata kurang lebihnya "Aku sanggup bersedekah dengan harta sebanyak apapun termasuk jika aku punya anak akan ku sembelih ia jika Allah yang memerintah). Hingga akhirnya syariat kurban pun tetap lestari hingga kini
Ibrahim menanggapi semua hal dalam hidupnya dengan SABAR, dan menjalani tiap step hidupnya dengan ketulususan. Inilah makna qurban yang hakiki, bukan sebatas mengenang penyembelihan Ismail. Tapi meneladani akhlak bapak-anak-Ibu..potret satunya keluarga dalam bingkai Iman yang Hanif.


14 Oktober 2013

Prof.Nasarudin Umar

di 23.06 0 komentar
Gambar dr google
(prof Nasarudin Umar)
Alhamdulillah, hari rabu 9 okt 13 ada kesempatan ikut bedah buku yang ada pak WAMENnya. Subhanallah apa yang disampaikan begitu mempesona, Beliau sangat sibuk, namun pembahasan Biografi sangat ia sukai "Itulah yang membawa orang pada kesuksesan", dengan itu beliau merasa penting untuk hadir ditengah padatnya jadwal.
beberapa catatan :
  • Ciri calon orang besar adalah suka membaca biografi orang lain, tidak sekedar baca tapi benar-benar menghayati perjuangan tokoh tersebut. Kelemahan ilmu saat ini karena mahasiswa tidak tertarik membaca biografi padahal biografi memberi spirit luar biasa terhadap kita.
  • Buku biografi paling lengkap yang disukai beliau "Jami' karimatul auliya', biografi paling lengkap.
  • Mengapa "Character Building" nonsense diterapkan di Indonesia? karena tidak meniru ulama terdahulu. Imam Syafi'i misalnya tidak pernah tidur lebih dari 2 jam, "pernah dia diintip oleh orang yang ingin membuktikan mengapa ia cerdas, ternyata tidur jam 8 bangun jam 10 mlm. Lalu apa yang ia lakukan, ternyata tafakur, berdoa, munajat mengumpulkan hikmah dimalam hari lalu siangnya menuliskan semuanya. Subhanallah. Mengapa malam? karena malam adalah saat dimana munculnya spiritual, ayat qur'an pun mengatakan bahwa "bacaan pada malam hari lebih kuat". Tidak ada satu sekolah pun yang melakukan ini, padahal penting sekali untuk bertafakur malam hari.
  • mengapa ada orang yang perkaatannya enak, walaupun sederhana? jawabannya karena yang berbicara bukan dia, tapi tuntunan Allah

  1. Yang bicara aku maka kata2 indah itu sulit menembus hati
  2. Aku sebagai "fasilisator Ilahi" maka apapun perkataannya sangat enak, mudah dan masuk kesanubari.
Melihat orang-orang sekaliber Ust. Nasarudin Umar, Ust.Wijayanto, dan para dosen yang kapabel. Saya jadi sadar dan iriii luar biasa. Menyesal tidak menggunakan dan memaksimalkan waktu yang ada. masih sangat banyak hal yang belum saya kuasai, dan kini tak ada lagi waktu menunda. Semakin sadar bahwa saya harus bisa menguasai bahasa arab, Qur'an, Kitab2 intinya mendalami Islam yang tak asal ikut-ikut orang.
Pesan Bpk. Nasarudin: Orang Islam apalagi IAIN/UIN  itu jangan sampai ikut-ikut mengatakan "SEMUA AGAMA BENAR" kasian, orang intelektual koq tidak mantap dengan agamanya. bahkan beliau menambahkan ada seorang mahasiswanya yang pernah menganut semua agama 100% dan mengambil kesimpulan bahwa : HANYA ISLAM SATU-SATUNYA AGAMA YANG BENAR DAN DIRIDHOI DIMUKA BUMI INI.


Cerita dg sepupu di SPN Purwokerto "edisi liburan singkat

di 22.53 0 komentar
Sepupu saya datang beberapa waktu lalu, mrk sekolah di SPN Purwokerto tinggal sebulan lagi. Mumpung ada libur 4 hari pulanglah mereka ke jogja.
Tiap hari mereka cerita tentang "kerasnya" pendidikan yang dialami. Bagi ukuran militer tentu itu tidak seberapa bahkan normal. Namun, kami yang awam sempat "gedek2" dengar ceritanya.
Mulai dari awal masuk SPN yang harus belajar makan dalam hitungan 20 detik dan tidak boleh bersisa, makan wajib dengan garpu dan yang lebih menyiksa, mereka itu anak2 gorontalo (sulut) yang tak biasa
 makan manis (jawa) selalu yang dicari RICA/sambel. haha
Tiap hari mereka isi dengan latihan fisik, lari 15 km adalah hal biasa (saya dengernya aja mau pingsan, itu sih dari rumah--kampus saya -_-).
belum lagi push up rutin, dan disiplin tinggi di tiap kegiatan, tidur yang dibatasi
terutama jika PLB (Panggilan luar biasa), dalam kondisi apapun dalam 5 menit harus sdh dilapangan, bahkan saat sedang, maaf (BAB) harus segera lari menuju panggilan. Inilah arti Disiplin, mendarah daging

Pendidikan singkat yang hanya 5 bulan ini memang menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang, adek saya ketika ditanya
 "Koq mau sih ikut brimob gt? Ga kuliah aja yang cuma duduk manis.
Alasannya adalah "Ini pasti kak, 5 bulan saya langsung PNS dan tidak merepotkan orang tua. Dengan begini saya bisa bantu menyekolahkan adik2 saya, memberi uang sama orang tua tidak merepotkan, kalo kuliahkan 4 tahun hanya habiskan biaya trus belum tau mau jadi apa. Kalo ini pasti.
 Tidak apa2 latihan berat bahkan "nyaris" mati menurutku" Ya Allah..........
3 hari mereka dirumah memberi warna lain dalam hidupku, Kami terbiasa makan dengan cukup, tenang, setiap harinya. Tidak dengan mereka, rintangan yang setiap detik menghantui harus selalu "sigap" mereka hadapi. 
SYUKUR..itu kata yang sering lalai dan seakan semua "nikmat" yang ada ini tak berarti dan biasa2 saja. Anak-anak itu memang terlihat biasa saja, namun pesan yang mereka bawa membawa makna yang begitu dalam.
Bagaimana mereka menceritakan keluarga di kampung halaman yang serba "tidak punya", hidup susah, berat bahkan air mata mungkin kering jika menggambarkan cobaan yang mereka alami.
Modal nekat, itu yang menjadikan mereka jadi seperti sekarang ini. Jika berharap harta, mereka bukan anak orang terpandang yang punya banyak harta, mereka hanyalah sosok-sosok muda penuh semangat yang mengajari arti perjuangan yang sesungguhnya.
"Enak ya, disini saya belum ingin pulang" Kata temen sepupu saya
"Banyak hal dalam hidup yang tidak kita inginkan tapi harus dilalui nak" nasihat usang yang bisa saya sampaikan.
"Disini baru merasakan puas kak, terima kasih ya" katanya lagi
Air mata ini ingin meleleh mengingat betapa "biasa"nya saya dengan nikmat Allah yang begitu besar ini.
Banyak sekali cerita mereka, saya sendiri dibuat terpukau. Pendidikan keras memang membentuk karakter ynag baik, Saya pesimis melihat pendidikan sekarang yang katanya "humanis" tapi tak terbukti efektif membentuk karakter. Coba lihat orang-orang hasil pendidikan keras ini, jiwa mereka terbentuk sempurna, akhlaknya santun dan benar-benar DISIPLIN itu merasuk dalam dirinya.
"Mbak doakan ya,tinggal sebulan lagi ini tinggal dilepas di laut dan dihutan. semoga kami dilindungi
Sebelum pulang, mereka berurai air mata. 20-an tahun baru kali ini bertemu, banyak makna-ibrah-petuah yang mereka berikan.
Sukses ya adik-adikku, semoga usaha kalian berhasil dan selalu dilindungi ALLAH SWT.
Hikmah adalah harta orang muslim yang hilang, maka ambillah hikmah itu tanpa memandang siapa,dan apa.
Maka belajarlah tanpa apa


                                                                                                Kalasan, 14 Oktober 2013






8 Oktober 2013

Pamitan Haji 2 minggu lalu

di 06.13 0 komentar
Ustad Didik Purwodarsono

Alhamdulillah wa syukurillah
tadi siang diajak ibu (nganter) ketemennya yang pamitan haji

ada 5 pesan ustad,
manusia itu butuhnya :

  1. sehat
  2. selamat
  3. nikmat
  4. ...
  5. sukses akhirat
intinya jaga syukur, tidak sembarang orang yang diundang Allah naik haji. Untuk bisa berangkat saja bila mendaftar tahun ini maka 2028 baru berangkat.
Jangan berharap pada suami/istri, pokoknya fokus pada Allah

Syukur--syukur--syukur--

"Rabbi auzi'ni an asykuro ni'matakallati an'amta alayya wa ala wa lidayya wa an a'mala sholihan tardhohu wa adkhilni birohmatika fi 'ibadika assholihin"

*saya gak nangkap jelas semua, kepikiran blm dhuhur padahal menjelang ashar tadi slsainya... ya Allah irhamna..

Sebar Ilmu Tak Harus Mengajar

di 06.11 0 komentar
Sudah sebulan tepatnya, s2 kulalui..
Gimana ya, ada rasa-rasa "bingung intelektual" haha. maksudnya saya terkadang tambah bingung ni harus ngapain dan lalu apa  setelah ini. tengok kanan-kiri teman2 sudah kerja bahkan menikah, lalu aku?
beberapa kali mengobrolkan "kegalauan" ini dengan Ibu, cuma 1 nasehat Ibu : "Yakini apa yang menjadi jalanmu, tidak usah tengok2 orang lain kalau hanya akan mengukur kesuksesan diri tapi untuk bersyukur lihatkah orang lain. Betapa banyak yang ingin sekolah tapi kendala biaya, atau ingin sekolah tapi diharuskan menikah. Ah, hidup... tak pernah terurai diselami

Kemarin ketika menjenguk anak teman di pondok FAuzul Muslimin, Kotagede. Bertemu dengan guru saya yang pngasuh pondok tersebut. Gak sengaja juga sih ketemunya, awalnya saya cuma iseng salam menanyakan rumah mbak yang saya tuju. Akhirnya malah diajak ngbrol lama, diminta nomer segala biar gak hilang jejakku kata beliau. Dinasehati lagi "Kok ga ngajar?, lalu ilmunya gak diamalkan?, Loh yang didapat selama ini ga manfaat dong?, mbok, ngajar sini "ngancani" aku mbak ning " Yah, seperti beberapa kali yang saya dengar dari sekolah saya dulu, seakan menyalahkan saya yg "terlihat" tidak ngamalke ilmu.

Lalu bagaimana seharusnya,  Ibu saya minta agar fokus s2 karena mengajar belum terlalu urgent kata beliau. Maklum memang, 7 tahun saya tidak dirumah menjadikan kerinduan tersendiri buat beliau, ditambah saya anak pertama yang bla...bla...bla.. (ndak gede kepala) haha... pokoknya saya lebih manfaat dirumah. Analisis penting saya, Ibu juga melihat bahwa "umur" saya mendekati masa "pergi" untuk hidup dg orang lain. #mungkin lo ya...

Saya berat sebenarnya menolak tawaran mengajar dari orang-orang yang Subhanallah hebatnya, saya juga sangat-sangat menghargai jasa sekolah saya dulu hingga kini saya bisa seperti ini *emg seperti apa -_-. saya juga tak suka dibilang sombong, pelit ilmu *emg saya pny ilmu apa to -_-. 
Terkadang memang kita harus memupus ego dan melihat kondisi orang lain, kadang dikira saya tidak cocok dengan bayaran atau fasilitas. Tetapi lebih dari itu, saya ingin PROFESIONAL yang KOMITMEN terhadap kesepakatan. itu yang saya tidak bisa saat ini (krn rumah lbh butuh saya).
Ilmu saya juga tidak seberapa, dulu mungkin saya dianggap pinter tetapi kan tidak ada yang tahu. saya tidak ingin mengambil porsi yang belum saya kuasai. Walau mengajar itu belajar, tapi bagi saya sama saja dengan "Malpraktek" bila saya tak menguasai lalu mengajarkan hal tersebut. Bila dokter saja salah memberi obat ke pasiennya bisa dituntut dengan penjara. Maka guru yang memberi ilmu yang salah, tuntutan bukan hanya dari 1 orang, tapi berapa banyak orang yang akan tercemar dengan kesalahan yang diteruskan murid tersebut kemurid-muridnya yang lain. Ini PRINSIP saya sebagai calon "guru"

Sebar Ilmu Tak Harus Mengajar
Ambigu memang, tapi dalam pengertian saya mengajar "disekolah", lembaga atau yayasan apapun namanya. Ilmu bisa dengan tulisan, dengan belajar yang lebih dari biasanya. "Untuk menjadi Orang Luar Biasa harus menjadi Orang diatas Rata2". ini yang ingin saya pelajari dan coba. 
Saya mencintai guru-guru saya, tetapi bukan harus duduk mengajar membantu mereka. Ada alasan-alasan yg lebih substansi mengapa saya tidak memilih mengajar/kerja. 

Orientasi saya saai ini adalah "Bagaimana menjadikan Orang Tuaku (Ayah Ibu tercinta) serta adik-adik terbantu dengan adanya aku" karena mereka mutiara yang kekal hingga kapanpun. serta bermanfaat bagi orang disekelilingku". TPA, lembaga yang kucintai saat ini. karena tak semudah apa yang dibayangkan memang membina TPA di Desa yang Islam namun tak "sadar" Islam. Kalau mengajara di tempat yang bukan Islam jelas strategi yang dipakai, kalau sudah Islam lebih repot lagi terutama bila tak ada dukungan (sadar) dari orang-orang sekitar.

Terakhir, 
Yang paling penting adalah "Tebar manfaat dimanapun kita berada" tak perlu menunggu kapan kerja-kapan nikah, tapi bekerja-lah dengan ikhlas dimanapun berada agar kamu menikah. #LOH 
 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review