*Tulisan ini refleksi hidup di asrama selama 7 tahun
Alhamdulillah wa syukurillah, cerita sedikit tentang asrama dulu. Taruna Al Qur-an namanya.Hidup jadi santri selama 7 tahun tak terbayangkan, sempat merasa terpuruk di tahun-tahun awal. Merasa rindu dengan orang tua (karena saya jarang bertemu orang tua, kerja PP ke Poso, Sulawesi).
Tahun Pertama....Sangat berat, semua harus dilakukan sendiri mulai dari bangun hingga tidur kembali. Nyuci-makan-mandi-belajar- dan ini adalah adaptasi yang berat untuk anak rumahan seperti saya.Syok luar biasa menemukan kondisi yang serba antri, entah mau makan-mandi-nyuci-njemur-antri koperasi- dsb. Serba tertib, telat bangun maka tak dapat kamar mandi--alamat telat kemasjid dan dihukum..telat makan artinya tidak makan hingga waktu makan berikutnya..telat antri mandi--maka seharian tidak mandi. Stres karena penggosoban (minjam tanpa izin), betapa repotnya saya dulu semua barang harus dikunci dalam lemari dan bawa kunci kemana-mana, kalau tidak begitu maka raib barang-barang saya, sendal harus diumpet-kan sedemikian rupa jika masih ingin menggunakan sandal itu. Piket masak yang bergilir, dan masih pakai tungku, wajan. Kayu harus membelah sendiri, menjemur serta menjaga bila sewaktu-waktu hujan berlari menyelamatkan kayu. Masak dimulai dengan membersihkan sayur yang berikat-ikat, mengulek bumbu dalam porsi besar dan jika air mati maka "ngangsu" jadi agenda wajib. Setelah matang dan bersiap tidur maka akan ada ritual "bagi intip" yang jadi makan siang kami untuk pengganjal perut esok pagi.
Tahun KeduaMulai agak betah, akrab dengan beberapa temen dan mulai enjoy mengikuti pembelajaran. Walau masih sering menggerutu namun tidak separah tahun pertama. Benar-benar bobot saya anjlok saat itu dan mulai meningkat di tahun kedua ini. Tahun ini benar-benar jadi titik balik "eksistensi" kami muncul, rasa betah dan kompak menjadikan kami merasakan bahwa "its the real family". El Comfhar Is Cool, singkatan nama-nama kami yang mungkin huruf S itu namaku
Tahun KetigaIni tahun penuh dilema, dari Asyyifa-Bantul kami dipindah ke Jl.Lempong sari dekat monjali. Senang juga sih karena saya paling gak kuat kalo tidak dijenguk, padahal jarak Jogja-Bantul lumayan.Tahun ini benar-benar tahun dimana keseriusan jadi modal karena kami berhadapan dengan UN. Alhamdulillah teman-teman lulus walau ada beberapa yang her tapi akhirnya lulus 100%
Tahun Keempat,Jogja, sejuta pesona..........Hidup kami lebih enak di kota, tak khawatir di "jaili" orang karena saat di Bantul tidak sedikit yang mengganggu dikarenakan letak kami di dalam desa dan masyarakat sekitar non muslim. Mau apapun akses lebih mudah, tapi di tahun ke empat ini amanah juga bertambah mulai dari belajar jadi guru di SD IT Taruna Al-Qur'an, ngajar-ngajar privat di beberapa tempat termasuk ibu-ibu sekitar asrama, TPA di beberapa tempat dan akhirnya dipertengahan tahun kami "diasingkan" untuk program Tahfidz di Purwobinangun Pakem Turi. Senang-takut-bangga
Tahun KelimaSaat-saat jadi pengurus, sibuk urus ini itu, kena marah ini-itu (habis dimarah dikasih makan sama Ibu) so sweet deh :DOya, mulai diJogja ini kami kalau nyuci di kali Boyong (kali dari gunug merapi yang bisa aja "luber" sewaktu-waktu, halaman kami di Jogja juga lebih luas dari pada diBantul, capek? iya, piket pagi-sore belum lagi disusul antri mandi, sholat jamaah yang wajib dan setoran hafalan.
Tahun KeenamYah, LPJ dan UN jadi agenda besar. Juga beberapa amanah dari Ibu yang lumayan "berat" saat itu saya rasa. nano-nano lah ya, dimana lagi dalam usia "labil" dan sendiri pula merasakan masalah mulai dari pertemanan-akademik-amanah-ortu
Tahun Ketujuh
Merdekaaaaaaaaaa......inilah saat yang ditunggu-tunggu, dan alhamdulillah kebagian jatah mengabdi di asrama. Kemana-mana bawa motor untuk ukuran saat itu udah suwenengnyaaaaa masyara--ra--kat. sibuk sekali mulai dari subuh hingga larut malam, mengatur pengeluaran (belanja dapur umum), memperhatikan pembelajaran anak-anak (terutama setoran hafalan mereka), dan lain2. Yang saya senengin itu, jam-jam makan saya bisa "jajan" diluar, maklum anti sayur apalagi masakan pondok yang didominasi sayur.
Pamitan dan memulai petulangan baru sebagai mahasiswa.
Ketika qurban tiba, maka tiap kelas mencari bambu lalu merajutnya sehingga siap untuk jadi tusuk sate, setelah tusuk jadi lalu mencari bara, batu dan peralatan lain. Setelah perjuangan panjang barulah kami menikmati sate. Saat mencuci baju, maka harus menuruni anak tangga yang licin ketika hujan. Atau cemong-cemong karena menghidupkan bara dengan hanger yang dibakar untuk sekedar menyetrika 1 baju yang terkadang bikin gosong baju kalau kepanasan. Atau mengorek-orek sayur mencari potongan tempe karena saya tidak doyan sayur.
Hal-hal diatas simpel bukan?
Tusuk sate kalau beli berapa sih, tak mahal kok.
Air keran ada, kenapa harus ke sungai yang rawan?
Setrika itu murah atau laundry sekalian kan gak ribet, wangi pula
Tapi, hikmah itu baru terasa kini.......
Bayangkan bila latihan itu tak pernah diberikan. Saya tidak yakin bisa menyapu, mencuci piring dan pekerjaan lain yang sangat melelahkan tanpa adanya masa-masa itu.
Sangat banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan dari pendidikan yang sebentar itu. hanya 7 tahun
Bila ditanya, saya masih ingin menambah pendidikan seumur hidup. Menyesal sekali saya, kesempatan mendapatkan ilmu yang sangat banyak terlalaikan ketika itu.Kehadiran dalam majelis ilmu hanya sebagai "memenuhi" absen semata agar nilai akhir tak berubah. Belum ada kesadaran bahwa INI KEBUTUHANKU
Betapa tidak, pelajaran menjahit-bordir-memasak-sulam-dan keterampilan lain banyak yang tidak saya kuasai. Terutama dalam ilmu agama, saya kurang menguasai Bahasa Arab-Inggris-Kitab2-dan pelajaran lain yang baru terasa kini pentingnya.
Ibroh dari kisah ini, Jangan menyepelekan KESEMPATAN yang ada. Dimanapun dan dari siapapun keruklah ilmu. karena ialah pembeda orang yang beriman dan jahil.
Ilmu mungkin tak sehebat mobil mewah atau rumah bertingkat, tapi semua itu akan lenyap dan ilmu yang abadi.
Mari semangat mencintai dan mencari Ilmu
Kalasan, 171013
*disela-sela malas banget bikin makalah dan pengen nulis di blog, semoga manfaat
0 komentar:
Posting Komentar