|
google.com |
Jika ada Apel Fuji, Jeruk Mandarin, Pir dan
buah impor terkenal lainnya dipasaran berdampingan dengan jeruk lokal, apel
malang, atau bahkan salak, manakah yang akan kita beli? Sesuai hukum ekonomi
jual beli pasti orang akan senang membeli barang yang bagus (kemasan dan
bentuk) dengan harga murah dari pada membeli harga yang sama untuk barang yang
biasa. Ya, pesona buah impor memang tak tertandingi, dengan kemasan menarik,
segar dan kesan “fresh” yang diberikan supermaket menjadikan masyarakat
cenderung menyukai buah impor dari pada lokal.
Tahun 2012 kemarin khalayak sempat dikagetkan
dengan penemuan buah impor yang mengandung residu bahkan pengawet mayat pada
buah-buah impor dari
China, Thailand, Amerika, New Zealand, dan beberapa negara lainnya. Buah lokal yang dipelihara tanpa pestisidan
dan hanya menggunakan pupuk kandang memanglah kurang menarik namun rasa dan kualitasnya
sebenarnya lebih tinggi dari buah impor.
Di Indonesia sendiri khususnya di daerah
Tempel Sleman dan kabupaten Sleman sekitarnya berpotensi luar biasa, di dukung
dengan hawa sejuk, dekat dengan merap menghasilkan buah bernama salak pondoh.
Komoditi salak adalah potensi yang terkalahkan dengan daerah manapun. Kekhasan
salak pondoh hanya ada di Tempel Sleman adalah suatu anugerah bagi masyakarat disana.
Salak akan tumbuh
dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan.
Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dlm bulan
basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yg tinggi. Tanaman
salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%,
karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.Suhu yg paling baik antara
20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.
Olahan salakpun kini
beragam tidak hanya dijual dalam bentuk buah namun sudah dikreasikan menjadi
dodol salak, manisan salak, kripik salak, dan aneka makanan lainnya. Bahkan
area perkebunan salak dijadikan tempat wisata seperti di Dusun Trumpon, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten
Sleman. Desa wisata Trumpon merupakan desa wisata dengan dengan obyek
agrowisata yaitu perkebunan salak pondoh.
Masalah yang kerap
dialami masyarakat adalah ketika menghadapi musim panen harga salak bisa anjlok
sangat murah. Teman saya yang tinggal di daerah Tempel sering sekali menawarkan
untuk membelikan salak, dengan harga Rp.1500,- bahkan untuk 1 kg salak pondoh.
Teman tersebut juga banyak bercerita tentang usaha perkebunan salak orang tuanya,
disaat panen besar maka petani banyak merugi diakibatkan harga salak yang terus
anjlok. Di pasar pun demikian, harga normal Rp. 4000,- bisa hanya menjadi Rp.
2.500,- saat musim salak tiba dan ini harus dicari solusinya. Karena semua
petani pasti menginginkan keuntungan dan tidak ingin merugi.
Ternyata pengolahan
salak belum menyentuh seluruh elemen masyarakat, edukasi yang diberikan
pemerintah seharusnya lebih ditingkatkan agar tidak ada lagi keluhan yang sejak
lama tidak ditemukan solusinya.
Peran pemerintah untuk
memperluas pemasaran juga dibutuhkan agar tidak lagi ada mempersulit izin untuk
ekspor. Dan yang lebih penting edukasi agar masyarakat Indonesia mencintai buah
lokal mutlak perlu digencarkan. Dengan adanya menteri perdagangan yang baru
harapannya buah lokal seperti salak ini semakin meluas pemasarannya tidak hanya
cina, Singapura, Hongkong, Amerika serikat tetapi seluruh
dunia dapat mengenal kelezatan salak pondoh.
-Harjo- (dan baru sadar emailnya tidak terkirim -_-)