Guru
TIK resah karena terpaksa harus mengajar mata pelajaran yang tak sesuai
keahliannya. Menyusul adanya peraturan akan diberlakukannya kurikulum 2013
resmi pada Juli 2014 mendatang. Guru Tekhnologi dan Informasi dan Komunikasi
(TIK) Kulonprogo resah berkaitan akan dihapuskannya mapel TIK dalam kurikulum
2013. Penghapusan ini menurut ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Slamet Supriyanto akan menghilangkan jam mengajar guru sebagai syarat
sertifikasi dan kedepannya menimbulkan generasi gagap tekhnologi (Republika, Jumat 8/11).
Pemerintah
pun rupanya belum memberikan penjelasan mengenai guru-guru TIK ini padahal
disejumlah sekolah di Kulonprogo seperti SMP 1 wates, SMP 1 Samigaluh, SMP 2
Lendah, SMP 1 Galur, serta SMP Kanisius Kalibawang telah menghapus TIK dari
kurikulumnya. Bahkan yang lebih
meresahkan adalah bagaimana masa depan mahasiswa yang sedang kuliah atau
berencana masuk kuliah jurusan TIK? Tentu jadi polemik bagi kampus dan
mahasiswa itu sendiri teutama orang tua yang punya harapan besar anaknya
menjadi guru.
Pada
kurikulum 2013, sejumlah pelajaran dijenjang SMP akan dihapus, misalnya biologi
dan fisika akan menjadi satu dalam mata pelajaran IPA. Sedangkan geografi dan
sejarah akan dilebur menjadi IPS. Tidak hanya IPA dan IPS yang dilebur menjadi
satu tetapi mata pelajaran TIK akan ditiadakan di jenjang SMP dan SMA.
Mindset Enterpreneur
Menarik
perkataan Shibusawa Eiichi “Jika engkau
seseorang yang berkemampuan, jadilah pedagang. Namun jika engkau mutunya
setengah-setengah jadilah pegawai”. Penulis pun berfikir agar para dosen
TIK di kampus tidak lagi mendoktrin mahasiswanya hanya menjadi pekerja tetapi
harus didorong menjadi seorang enterpreneur. TIK mempunyai ladang usaha yang
luas, betapa tidak semua aspek saat ini berkaitan dengan tekhnologi tentu
peluang lulusan jurusan ini punya banyak pilihan mengembangkan bakatnya.
Beberapa kampus TIK yang penulis perhatikan, di Jogja misalnya ada AMIKOM
dimana mereka telah dibekali ilmu agar jangan punya mimpi jadi pegawai tapi
jadilah pemilik usaha. Bahkan diantara mereka banyak yang mempunyai usaha-usaha
kecil seperti servis komputer, jual modem, konter HP, usaha percetakan dan lain
sebagainya tentunya ini dimulai semenjak kuliah.
Tentu
perihal tidak masuknya TIK kurikulum 2013 menjadikan para mahasiswa dan orang
yang ingin masuk jurusan TIK harus lebih berbangga diri. Jepang dengan tekanan
alam yang tidak semakmur Indonesia menjadikan mereka butuh peneliti yang sangat
banyak untuk menopang kehidupannya, dan kini mereka unggul dengan tekanan itu.
Rakyat Jepang mempunyai satu sikap hidup yang dinamakan makoto atau diterjemahkan kesungguh-sungguhan dan dalam bahasa
Inggrisnya Sincerety, yaitu sikap
yang menjunjung tinggi kemurnian dalam batin dan motivasi dan menolak adanya
tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri. Sikap makoto tidak menyukai cara berfikir dan
berbuat yang semata-mata pragmatis, yang dipentingkan sasaran yaitu dilakukan
dengan kejujuran dan kesungguhan serta kegagalan bukan masalah. yang dijadikan
titik pusat bukan hasil tapi perbuatannya itu.
Menurut
Rhenald Kasali: sukses bukan sesuatu yang datang begitu saja. Ia harus
diperjuangkan dengan mata dan hati yang bersih, pikiran jernih, dan semangat
tak kenal lelah. Dalam dunia bisnis, sukses mengandung pengorbanan. Ia tak
dapat diraih dalam sekejap, butuh waktu, melekat pada orang yang merintisnya,
tidak dapat di copy begitu saja, namun sekali diperoleh ia dapat dimultigunakan
pada kegiatan bisnis yang lain. Jatuh bangun untuk melatih otot adalah biasa.
Tetapi sekali otot menjadi kuat, ia mampu menopang badan yang berat. Ada 5
kunci sukses: reputasi dulu, tumbuh dari bawah, masuk dalam bidang yang
dikuasai, antikerumunan, dan modal adalah pelengkap.
Juga
kita tidak asing dengan kata-kata "Sembilan
dari sepuluh pintu rejeki ada dalam perdagangan". Terlepas dari itu hadis sahih atau bukan namun
spiritnya sebagi motivasi perlu ditanamkan. Baginda Rasulullah saw yang
agung pun telah mencontohkan sejak kecil beliau ikut berdagang hingga keluar
negeri (Syam), menggembala di usia belia dan besarnya dipercaya saudagar
Khadijah yang selanjutnya menjadi istrinya.
Kurikulum tanpa TIK
Jikapun
pemerintah telah ketok palu dan tak bisa berubah keputusan tersebut, sebagai
rakyat kita wajib taat. Hanya saja memang sulit sekali mendambakan generasi
yang dapat mengalahkan Mark Zuckerberg dan lainnya. Namun sebagai pendidik,
orang tua tak boleh patah arang ikut mendidik anaknya agar tanggap teknologi
bukan sekedar memfasilitasi tanpa kontrol. Jangan hanya memasrahkan pada guru
di sekolah yang notabene harus mengurusi sekian puluh anak dalam satu kelas.
Akhirnya kita hanya berdoa dan berusaha agar dapat menghadapi globalisasi,
pasar bebas dan ekonomi dunia dengan bekal iman dan takwa, tak perlu merisaukan
TIK yang dihapuskan namun tetap waspada dan mengambil peran penting dalam
mendidik anak.
0 komentar:
Posting Komentar