Judul : Wartawan Dan Kebebasan Pers
Ditinjau Dari Berbagai Perspektif
Cetakan : I, Oktober
2013
Penerbit : UNY Press
Tebal : 166
halaman
ISBN :
978-602-7981-22-5
Artis dengan modal ketampanan atau kecantikannya bisa menjadi
terkenal diseluruh pelosok negeri tanpa ia pernah kunjungi satu persatu wilayah
tersebut. Modal untuk menjadi terkenal terutama bagi orang biasa sebenarnya
mudah yaitu lewat dunia literasi. Ya, menulis adalah jawaban untuk menjadi
terkenal, tentu bukan sekedar terkenal tetapi berbagi manfaat hanya lewat
lembaran kertas. Kebebasan pers sekarang ini tidak lagi dibatasi, dengan
mengusung demokrasi, kebebasan mengeluakan pendapat maka semua orang berhak
“bicara”, bahkan tulisan tidak bisa
dituntut ke pengadilan tapi dibalas pula dengan tulisan.
Saat ini siapapun boleh menulis, bukan hanya wartawan yang terikat
dengan aturan media tempat ia bekerja. Adanya citizen journalism menjadikan
siapapun boleh mengolah berita dan mempublikasikannya lewat media cetak maupun
elektronik. Hanya saja setiap calon-calon wartawan ini perlu memahami seluk
beluk tentang jurnalistik secara lengkap agar bisa menyajikan bertita yang
berimbang.
Buku karya bapak Hamdan Daulay ini sangat tepat menjawab segala
pertanyaan dan bisa menjadi panduan dalam memahami dunia literasi khususnya setiap
kita yang ingin menjadi wartawan dan mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan jurnalistik. Kode etik jurnalistik sangat perlu dilihat dari kacamata
Islam yang menjadikan nilai plus buku ini. Mengapa penting? Seorang jurnalis
muslim harus memiliki kode etik tersendiri sesuai tuntunan ajaran Islam. Dengan
demikian umat Islam yang sedang menghadapi cobaan berupa hinaan, cemoohan dan
intimidasi dari kelompok-kelompok yang tidak menyukai Islam akan kembali
bangkit melalui media massa Islam (hal.
25).
Dari pernyataan diatas juga terlihat adanya koridor yang harus
dipatuhi, tidak sekedar bebas tanpa batas. Hak dan kebebasan pers esensinya
tidak absolut dan tidak terbatas. Deklarasi HAM tahun 1948 pasal 29 dan UUD
pasal 28, intinya kebebasan berekspresi termasuk kebebasan pers mempunyai
batas-batas tertentu untuk saling menghargai antar umat beragama, ras, suku,
dan bangsa (hal.32).
Sebagai wartawan yang malang melintang di dunia kepenulisan, pak Hamdan
memberikan tips dan trik bagaimana menulis di media massa yang beliau khususkan
di Koran Kedaulatan Rakyat dimana sebagian tulisan-tulisan beliau sering terbit
melalui media itu. Tentu penting untuk diketahui bagaimana karakteristik media
yang kita ingin tuju, aspek apa saja yang perlu dperhatikan ketika menulis
artikel atau opini, yang tidak jarang sebagai penulis pemula kita sering kecewa
karena tulisan kita tidak jua terbit. Memang pemula dituntut untuk sabar dan
sungguh-sungguh untuk menjadi penulis yang prodktif. Hal menarik lainnya adalah
minimnya penulis wanita diharian ini (hal. 49), ini juga pemantik bagi
kita semua agar lebih semangat menuangkan ide di media massa dari pada sekedar
berceloteh sia-sia di media sosial (fb, twitter,dsb) selain berbagi manfaat
juga honor yang diterima lumayan.
Menulis sebagai sarana dakwah dengan jangkauan tak berbatas merupakan sarana edukasi yang efektif. Konflik
kerukunan umat beragama yang sering memanas dapat dimediasi oleh media (hal.127).
Pembaca media massa tidak hanya para orang tua atau orang-orang terdidik, saat
ini diwarung-warung kopi, bengkel, warung bakso dan mi ayam pun tersaji koran
sebagai teman duduk menunggu pesanan. Jadi jangan dianggap remeh, jika serius
ingin memperbaiki bangsa jangan memikirkan hal-hal diluar jangkauan, mulailah
dengan menulis siapapun kita dan dari latar belakang apapun. Siapa yang
memegang media maka dunia ditangannya agaknya bisa terbukti jika kitapun
memulai.
0 komentar:
Posting Komentar