Saya teringat, ketika masih kecil sangat suka
sekali buku-buku bergambar dan tema cerita yang berbau keluarga. Menyesal
memang, dahulu belum banyak buku anak yang tersedia. Buku yang saya baca
seputar roman seperti: Layar Terkembang
oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul MuisKasih Tak Terlerai
oleh Suman HS, siti Nurbaya, cara pembuatan kecap, keterampilan, dan lain
sebagainya. Kala itu entah memang karena hidup didaerah terpencil atau memang
saya yang kurang mencari. Masa kecil saya hidup di Poso, Sulawesi Tengah dan
memilih hijrah ke Jawa bersama keluarga saat kerusuhan besar tahun 2000.
Saat itu jarang sekali ada toko buku, atau
shopping seperti di daerah Jogja apalagi Pameran. Untuk ukuran swalayan saja
sebesar Alfamart sudah menjadi pusat satu-satunya saat itu sekitar tahun
1990an. Wajar memang, asupan buku hanya dicarikan orang tua saya dari SMP
tempat dimana mereka mengajar. Bisa dikatakan sedikit sekali buku anak-anak
yang ada. Teman saya zaman itu hanyalah majalah BOBO yang menyuguhkan kisah
kancil mencuri timun, kura-kura dan monyet serta kisah rakyat lainnya. Acara TV
pun kala itu hanya TVRI yang lebih banyak berita, acara anak seperti dogeng pak
Raden, susan dan kak Ria dan lainnya hanya ada di hari minggu.
Namun efeknya sangat saya rasakan saat ini.
Ada satu kisah yang tak terlupakan hingga saat ini. Persis judulnya saya lupa.
Kisah tersebut menceritakan tentang 5 orang anak yang ditinggalkan orang
tuanya, bukan cerai hanya saja kedua orang tua itu mempunyai pikiran yang sama
saat meninggalkan rumah. Si bapak pergi dan berfikiran bahwa istrinya tinggal
dirumah, si Ibu pun demikian berfikir bahwa bapak dirumah bersama anak-anak.
Anak pertama dari kedua bapak ibu itulah yang yang mencuri perhatian saya. Si sulung yang merasa dialah penanggung jawab
dengan cekatan dan memutar otak bagaimana menyediakan sarapan setiap pagi. Detailnya
novel ini sangat jelas, bagaimana ia memasak nasi mulai dari mencuci beras
hingga menanaknya. Setelah itu cara dia memasak sayur bayam, membuat sambal
lalu membangunkan adik-adiknya, membagi pekerjaan rumah sembari menyembunyikan
kalau orang tuanya entah kemana. Seminggu ditinggal dan si kakak mampu ‘surfife’
tanpa uang, tanpa bekal yang cukup. Usaha yang ia lakukan adalah membuat kecap
dari air kelapa lalu menjualnya. Cara menjaga adiknya yang membuat saya
terharu, adik bayinya dia asuh sebaik mungkin padahal ia pun harus sekolahh. Seminggu
kemudian orang tuanya datang dan kaget mengetahui hal itu.
Cerita itu sangat melekat dikepala saya dan
menjadikan dorongan apa yang harus dilakukan bila orang tua tidak dirumah. Dari
hal ini saya bisa mengambil kesimpulan bahwa membaca menjadi asupan energi yang
tak lekang zaman, membekas hingga mati.
Buku anak saat ini.
Pada Desember 2003 lahir sebuah serial baru
di DAR! Mizan bernama Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Buku pertama ditulis oleh
Sri Izzati yang kala itu masih berusia 7 tahun, berjudul Kado untuk Ummi.
Hanya berselang sebulan, terbitlah buku kumpulan puisi berjudul Untuk Bunda
dan Dunia yang ditulis Abdurrachman Faiz, saat itu berusia 8 tahun.
KKPK adalah sebuah seri di DAR! Mizan (Kelompok
Mizan) yang khusus menerbitkan buku-buku karya penulis cilik berusia di bawah
12 tahun. KKPK dibentuk secara idealis untuk menampung karya generasi
penerus bangsa; sebagai wadah berimajinasi bagi penulisnya dan sumber inspirasi
bagi pembacanya. Seri ini juga dibuat dengan landasan dan orientasi untuk
memberikan bacaan yang sesuai dan tepat bagi anak-anak yang ditulis oleh
anak-anak juga. Intinya dari penulis anak untuk pembaca dan (calon)
penulis anak.
Pada 2003-2006 belum begitu banyak karya KKPK yang
terbit. Penulisnya bisa dihitung dengan jari. Namun sejak Konferensi Penulis
Cilik KKPK pada 2008 digelar, jumlah penulis dan pertumbuhan tulisan anak-anak
usia 7-12 tahun semakin menjamur. Melalui Konferensi yang setiap tahun rutin digelar,
para penulis KKPK terus bertambah. Hingga memasuki tahun ke-10, KKPK telah
menerbitkan 300 judul buku dengan jumlah penulis lebih dari 200 anak.
Dari sisi demografi, penulis KKPK kini tersebar ke
seluruh penjuru provinsi di Indonesia. Tidak lagi hanya di kota-kota besar d
Pulau Jawa. Demikian halnya dengan penggemar seri KKPK. Saat ini yang tercatat
di group Facebook mencapai lebih dari 83.000 anak, berasal di kota besar maupun
kota kecil. Para penggemar KKPK di group Facebook ini terus dikelola dengan
memberikan informasi-informasi produk, lomba penulisan, quiz, dan
sebagainya.
Beberapa judul buku KKPK juga sudah menembus pasar
internasional, yakni Malaysia dan mendapat smabutan hangat dari anak-anak di
negara tetangga itu. Memasuki tahun ke-10, KKPK juga sudah mengembangkan
serinya. Selain buku-buku KKPK regular berisi kumpulan cerita pendek, novel
ataupun puisi, kini juga menerbitkan KKPK Komik, KKPK Lux Full color kumpulan
cerpen hasil Lomba, dan selanjutnya buku cerita kisah nyata (Juice Me),
traveling (Travela), serta kuliner (Cookidz). Karya-karya penulis
cilik ini sudah pula diadopsi ke layar televisi dalam sebuah tv serial. Dan
kini, tengah proses menuju layar lebar. (http://media.kompasiana.com/buku/2013/09/23/10-tahun-kkpk-gelar-konferensi-penulis-cilik-indonesia-2013-592401.html).
Tahun 2010 saya baru melihat buku KKPK ini. Caca
dan Adam, anak Bunda Asma Nadia bahkan sejak kecil sudah menulis dan membuat
puisi dan cerpen yang luar biasa bagus.
Tahun 2013, Kemendikbud memberikan
penghargaan kepada 15 penulis cilik. Peserta yang berpartisipasi terdiri dari
23 Propinsi denga 526 peserta yang di seleksi oleh dewan juri yang
terdiri dari praktisi dan akademisi. Pemenang piala apresiasi sastra Indonesia
bagi penulis cilik dengan kategori penulis Juara 1 adalah Jasmine Putri Lintang
Sagara Dewi, SDIT Arrahman, Jawa Barat, Juara 2 adalah Intan Nurhaliza, SDN
Cipayung 01, Jawa Barat, dan Juara 3 adalah Ayesha Kamila Rafifah, SD
Global Islamic School, DKI Jakarta.
Pemenang Lomba Menulis Cerpen Kategori Penulis Pemula sebagai Juara 1
adalah Salma Rihhadatul Aisy, SD Plus Insan Robbani, Banten, Juara 2 adalah
Meiza Maulida Munawaroh, SDN Jenang 02, Jawa Tengah sedangkan Juara 3 adalah
Delfina Tazani Fiaryanda, SD Inpres Buli, Maluku Utara.
Karya terpilih dengan kategori penulis Lomba Cipta Pantun, Juara 1
adalah Elita Fitria, SDN 08 Nanga Lauk, Kalimantan Barat, Juara 2 Rahmi Soleha,
SDIT Nurul Ilmi, Jambi sedangkan Juara 3 adalah Jasmine Indri Putri, SD Islam
Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan Barat. Kategori Lomba Cipta Syair sebagai
Juara 1 adalah Nadasyrin Shaqinaz, SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan
Barat, Juara 2 Eriqqa Hassatunnisa, SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan
Barat sedangkan Juara 3 Tri Refianingrum, SD 1 Rancamaya, Banyumas, Jawa
Tengah.
Kategori untuk Lomba Mendongeng sebagai Juara 1 adalah Ihsan Wibisana
Nasution, SDN Petojo Utara 013 Pagi, DKI Jakarta, Juara 2 Dzaka Mthassin
Ramzan, Madrasah Ibtidaiyah, Alhikmah, Jawa Barat sedangkan Juara 3 adalah
Zaniarti Salwa, SDN 57 Ketam Putih, Riau. (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1870)
Untuk buku anak saat ini sudah sangat baik hanya perlu terus dikawal
untuk tetap produktif. Menulis juga sarana pembiasaan yang positif buat anak. Dari pada terjerumus pada hal
negatif, kecenderungan pada game dan gadget lebih baik arahkan anak untuk
menulis. Dengan menulis kepuasan yang didapat beragam, mulai dari hobi semangat
berbagi hingga bisa menghasilkan uang sendiri juga nama yang dikenal publik.
Semoga maju
terus buku anak Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar