14 April 2015

Memaknai Menyegerakan Menikah

di 11.40

*Rangkuman ceramah dari Ummi Dewi Asrofah, MQ FM
Menyegerakan bukan berarti tergesa-gesa, baik untuk perempuan maupun laki-laki punya standar masing-masing apa yang disebut siap untuk menikah.

Kasus setiap orang menyegerakan menikah masing-masing orang bisa berbeda tergantung kesiapan dan rintangan yang dihadapi.  Setidaknya ada beberapa indikator yang dapat menjadi rujukan untuk melihat apakah seseorang siap menikah atau belum.
Indikator bagi laki-laki yang siap menikah yaitu:
  1. Usia, idealnya usia 20thn. Lihat juga secara psikologis misal sedang menghadapi ujian SMA maka harus ditahan dulu baik dengan puasa atau menyibukkan diri.     
  2. Spiritual, sangat-sangat pentingg. Seorang imam harus siap makmumnya akan dibawa kemana
  3. Finansial. Siap atau tidak seorang laki-laki harus memiliki finansial yang memadai. Paling tidak seorang laki-laki punya ‘sesuatu’ sebagai bentuk tanggung jawab.

    Untuk perempuan pun ada 3 hal juga yang perlu di perhatikan:
  1. Usia ideal
    Aisyah, menikah dulu berumah tangga kemudian. Aisyah merupakan contoh ideal usia untuk menikah. Ketika ia dinikahi Nabi SAW diumur 6 thn, kemudian umur 9 thn baru bersama Nabi SAW dengan pertimbangan usia 9 tahun sudah siap berumah tangga. 
  2. Kematangan emosi. Seorang perempuan lebih cepat dewasa dibanding pria. Namun kematangan emosi bisa jadi belum seimbang dengan kematangan usia.
  3. Urusan dunia. Perempuan hendaknya mengetahui segala kecakapan hidup mulai dari urusan rumah tangga hingga urusan lain yang bila tak disiapkan maka akan kerepotan sendiri. Memiliki keterampilan. 
         Masing-masing harus saling introspeksi. Cara mengecek diri adalah melihat bagaimana kepekaan terhadap teman, apakah sudah peka melihat rumah kotor, piring bertumpuk di rumah, adek nangis. Hal-hal simpel ini merupakan latihan ilmu terapan setelah belajar teori.

Seorang yang belum menikah sering berangan: bagi wanita, tidak perlu bingung finansial, tidak akan galau, ada yang mengantar dan lainnya. Espektasi laki2 pun tidak beda: pulang ke rumah segalanya siap, ada yang masak, bikin kopi dsb.

              Ilustrasi sederhana: saat ingin sholat tepat waktu di kala senggang merupakan hal yang mudah. Namun bagaimana saat sudah punya anak, repot memasak.

Intinya jangan berangan terlalu muluk yang kelak menyengsarakan diri sendiri. Selalu menyiapkan kondisi terburuk (dalam artian tidak memikirkan yang enak-enak saja). Baik untuk wanita adalah wanita maupun pria harus benar-benar tawakal pada Allah SWT, kembali pada tujuan awal yaitu beribadah pada Allah SWT. Saat kedua pihak telah satu tujuan untuk beribadah maka segala hiruk pikuk, beratnya rumah tangga akan dijalani bersama dengan mudah.
          Titik Poinnya: 
Bagi laki-laki yang benar-benar sudah memenuhi syarat maka segerakanlah untuk menikah. Jangan sampai termasuk dalam hadis Nabi yang menunda menikah karena takut miskin dan sebagainya.
Bagi Perempuan, Permudahlah! Jangan memperlambat hanya karena urusan-urusan yang menghalangi kesakralan ibadah. 



0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review