13 Januari 2012

Guru dan Pendidikan karakter

di 08.45 0 komentar

              Pengalaman adalah guru yang terbaik. Peribahasa tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya dalam belajar kita tidak harus mencari guru, lalu muncul pertanyaan apakah guru itu  harus orang atau pengalaman (dalam artian alam, lingkungan baru dan lain-lain) dalam pembelajaran? Ini memang pertanyaan fislosofis yang mengecohkan/ memiliki banyak tafsir. Tapi sejatinya guru/ pendidik adalah sarana transformasi ilmu kepada abak didik. Itulah mengapa guru dituntut memiliki sejumlah keahlian (professional) dalam mengajar agar dapat menyampaikan ilmunya dengan tekhnik yang benar bukan asal-asalan. Mengapa penting? Karena anak didik kelak diharapkan menjadi penerus bangsa yang benar , merekalah yang melanjutkan kehidupan.   
            Jika mereka terdidik dengan baik, harapannya bangsa ini menjadi bangsa yang baik.  Memiliki murid yang cerdas, santun dan taat beragama merupakan cita-cita luhur seorang pendidik atau lebih akrabnya kita sebut guru. Namun, untuk mewujudkannya  tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perlu usaha keras, semangat tinggi serta kompetensi yang memadai sebagaimana persyaratan menjadi seorang guru. Tugas yang diemban memang memang tidak ringan namun tidak mustahil untuk diwujudkan bila ada kesungguhan dan kerja keras.
Guru dan pendidikan karakter merupakan sebuah kesatuan yang butuhkan untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter pula.

Pendidikan karakter
           pengertian pendidikan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal Pasal 1 butir 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
         Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah sebagai berikut: “Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values”. “Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti”. Berkenaan dengan pentingnya pendidikan ini, kita diingatkan bahwa “Education comes from within; you get it by struggle and effort and thought” (Napoleon Hill). Pendidikan datang dari dalam diri kita sendiri, kita memperolehnya dengan perjuangan, usaha, dan berfikir.
Dari gabungan pengertian tersebut kita memahami bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang dijalankan terus menerus (mulai dari anak memasuki sekolah sampai ke jenjang berikutnya) guru/ pendidik mempunyai tugas menanamkan karakter, nilai-nilai luhur, memahami, memupuk dan membiasakan baik untuk guru itu sendiri dan meluas pada murid yang tentu harapannya manfaat yang diberikan akan sampai pada masyarakat.

Unsur-unsur pendidikan karakter
     Thomas Lickona mengatakan ada 7 (tujuh) unsur pendidikan karakter, yaitu:
  1. ketulusan hati atau kejujuran (honesty);
  2. belas kasih (compassion);
  3. kegagahberanian (courage);
  4. kasih sayang (kindness);
  5. kontrol diri (self-control);
  6. kerja sama (cooperation);
  7. kerja keras (deligence or hard work).
            Tujuh karater inti (core characters) itulah, menurut Thomas Lickona, yang paling penting dan mendasar untuk dikembangan pada peserta didik selain sekian banyak unsur-unsur karakter yang lain. Jika kita analisis dari sudut kepentingan restorasi kehidupan bangsa kita menurut istilah Ir. Sutawi, M. P, maka ketujuh karakter tersebut memang benar-benar menjadi unsur-unsur yang sangat esensial. Katakanlah unsur ketulusan hati atau kejujuran, bangsa saat ini sangat memerlukan kehadiran warga negara yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi. Membudayanya ketidakjujuran merupakan salah satu tanda dari kesepuluh tanda-tanda kehancuran suatu bangsa menurut Lickona.
Selain tujuh unsur karakter yang menjadi karakter inti menurut Thomas Lickona tersebut, para pegiat pendidikan karakter mencoba melukiskan pilar-pilar penting karakter dalam gambar dengan menunjukkan hubungan sinergis antara keluarga, (home), sekolah (school), masyarakat (community) dan dunia usaha (business).
            Tentu kita mengharapkan ketujuh nilai tersebut dapat tertanam kuat dalam jiwa anak sehingaa tertancam kuat dalam dirinya. Dengan mencuatnya kasus Siami bocah SD dari Surabaya yang berteriak lancang membongkar praktek contek masal kita makin bertanya-tanya, apakah bisa merubah sistem UN dengan adanya pendidikan karakter lalu lebih mengedepankan kejujuran?, belum lagi masalah kekerasan, tawuran antar sekolah, bahkan pelecehan dalam kendaraan yang sekarang marak terjadi. Apakah cukup hanya guru yang berperan dalam pendidikan karakter?

Aplikasi Pendidikan Karakter Rasulullah SAW.

di 08.43 0 komentar

Polemik yang dihadapi Indonesia tak kunjung ditemukan titik akhirnya. Berbagai problem dalam segala aspek selalu menyita perhatian, mulai dari kemiskinan, sekolah roboh, tingginya biaya pendidikan, korupsi, kekerasan siswa mulai dari SMP sampai bangku kuliah pun marak terjadi. Sekolah yang menjadi tempat belajar, kini menjadi harapan besar bagi masyarakat untuk merubah keadaan yang sangat merugikan tersebut. Jika berharap banyak pada pemerintah sepertinya mustahil, mereka lebih fokus pada fluktuasi politik dan Negara. Padahal jika ingin serius merubah Indonesia menjadi lebih baik, yang harus mereka perhatikan betul adalah aspek pendidikan. Karena disinilah proses menempa diri dan menanamkan nilai-nilai positif sehiingga menghasilkan bibit yang unggul sebagai penerus bangsa.
  Kita pantas bertanya, mengapa Indonesia menghadapi krisis kronis dan mengalami erosi moralitas. Perilaku positif hilang termakan zaman digantikan produksi perilaku negatif yang cenderung destruktif. Harga diri seorang manusia sangat murah dan terbeli dengan kertas-kertas berangka, seakan tidak lagi mempedulikan penilaian orang demi mewujudkan cita-cita semunya.
Merespon fenomena itu, kita layak bertafakur dan merumuskan kembali sendi kehidupan agama dan kesalehan kolektif yang memudar. Salah satunya mengembalikan kembali posisi ajaran Islam yaitu Al – Qur’an dan Hadits Rasulullah secara proporsional, mengakar kuat dan mampu dirasakan sentuhannya dalam kehidupan masyarakat. Ada baiknya, kita juga kembali belajar membaca ulang bagaimana peri kehidupan teladan terbaik yaitu Rasulullah SAW. 


Menumbuhkan Karakter Islami
Dalam kacamata kaum muslimin, gejala yang merusak di masyarakat akibat hilangnya karakter dan kepribadian Islami. Kita kecanduan produk Barat yang hedonistik, serba bebas dan berkiblat kesenangan duniawi. Konsep permissif itu berdampak rusaknya tatanan kehidupan sosial, kacaunya moralitas dan mengendurnya nilai kebersamaan antar individu.
Jelas, ini konsepsi yang bertentangan dengan nilai Islam yang mengatur tawazun (keseimbangan) kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW dalam membentuk generasi pilihan sangat mengintensifkan tiga kecerdasan yaitu emosional, spritual dan intelektul. Hasilnya dapat dirasakan dimana banyak dilahirkan pejuang Islam hebat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat lainnya.
Ada beberapa prinsip strategis pembentukan karakter Rasulullah kepada para sahabat sebagai generasi penerusnya.
Pertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepada pembinaan dan penyiapan kader. Fakta itu dapat dilihat sejak beliau mulai mendapatkan amanah dakwah. Tugas menyebarkan Islam dijalankan dengan mencari bibit kepemimpinan unggul berhati bersih. Dakwah beliau fokus tidak menyentuh segi kehidupan politik Makkah. Selain faktor instabilitas dan kekuatan politik, perjuangan dakwah memang difokuskan nilai pembinaan.
Dirinya berusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Rumah Arqam bin Abil Arqam menjadi saksi bagaimana ahirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Point penting pertama pendidikan karakter adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap pembinaan sejak dini.
Kedua, mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebut Rasulullah SAW sebagai Al-Qur’an yang berjalan. Sebutan itu tidak salah, mencermati Sirah Nabawiyah menjadikan kita menuai kesadaran rekonstruksi pemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau berbuat dulu, baru menyerukan kepada kaumnya untuk mengikutinya. Kesalehan individu berhasil membentuk kesalehan kolektif di masyarakat Makkah dan Madinah.
Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah” (QS 33 : 21)
Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinya mendapat perlakuan buruk dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan mereka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui” Alhamdulillah, Allah SWT mendengar doanya, masyarakat Thaif banyak menjadi pengikut Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan baru mengajak orang lain mengikuti apa yang kita lakukan.
Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. Mengutip Nur Faizin (Republika, 13/10)
Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasulallah SAW sendiri pun menegaskan hal itu dalam sabdanya, "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah." (HR Ahmad dan yang lain). Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap bangsa.
karakter itu harus memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Rasulullah SAW sudah memberikan teladan itu dengan membangun pendidikan berbasis moral dan etik. Pembangunan pendidikan dapat dimulai dari Pesantren, Kampus dan Sekolah sebagai tempat subur pembinaan sekaligus pemberdayaan karakter generasi muda. Karena dengan moral yang baik dan etika yang berlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas masyarakt bangsa yang rahmatan lil alamin.
            Utamanya yang bertugas menanamkan karakter ini bukan semata guru/ pendidik. Tapi yang paling penting adalah keluarga, sejak kecil anak telah merekam nilai-nilai yang ia terima melalui memorinya karena ingatan seorang anak sangat kuat. Anak juga memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga dibanding waktu dia di sekolah. Maka sangat tidak tepat bila kegagalan penanaman karakter hanya disandarkan ke guru. Penanaman karakter membutuhkan waktu yang sangat lama dan akan menjadi kebiasaan/ aktifitas rutin. Disinilah poin penting mengenai penanaman karakter/ akhlak yaitu menjadi tugas bersama antara keluarga (terutama ayah dan ibunya) dan guru/ pendidik.

Contoh Pengalaman Penyelenggaraan Pendidikan Non-Formal Melalui Radio

di 00.30 0 komentar


             Pengalaman-pengalaman ini sengaja diambil dari sejumlah  pengalaman yang tidak dilaporkan oleh WilburSchramm dan kawan-kawan dalam New Educational media In Action, sekedar untuk ilustrasi titik tolak pembahasan.
  A. Radio Jawatan Pendidikan Masyarakat
            Pada tahun 1951  Jawatan Pendidikan Masyarakat pada Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, menyelenggarakan suatu program siaran radio untuk pendidikan masyarakat yang sasarannya adalah pelajar demobilisan, yang setelah masa kemerdekaan mengalami banyak masalah baik untuk kembali kebangku sekolah maupun untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat.
            Siaran dipancarkan dari pemancar jawatan sendiri di Jakarta dengan radius pemancar efektif 10 km. isi siaran diambil dari pelajaran SMA dan bahan-bahan actual dalam masyarakat. Pada mulanya siaran ini mendapat respon bagus dari masyarakat. Namun, hanya dapat bertahan 2 tahun.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi diantaranya: 
1. Kurang baiknya perencanaan karena hanya dibuat rencana jangka pendek dan tidak melibatkan semua pihak.
2. Kurang berjalannya koordinasi yang ada dengan jawatan-jawatan lain. 
3. Kurangnya tenaga terlatih baik pada produksi maupun penggunaan.
4. Kurangnya bahan penyerta siaran sehingga radio lebih banyak berdiri sendiri.
5. Kurangnya dana untuk pembinaan. 
       B. Radio Sutatenza di Columbia
            Usaha ini dimulai pada tahun 1947 dan mulai secara terbatas oleh dana dan keperluan suatu misi keagamaan. Program ini ditujukan untuk para petani-petani di desa. Melalui Radiophonic Schools of Sutatenza ini disiarkan pelajaran-pelajaran dalam: 
1. Dasar-dasar kesehatan
2. Kemampuan baca tulis
3. Berhitung 
4. Perhatian dan keagamaan.
            Dalam pelajaran baca tulis, radio terutama berfungsi untuk menimbulkan motivasi untuk belajar baik sendiri maupun berkelompok. Dengan keberhasilan ini maka sasaran dan program diperluas dan timbullah masalah dan kenyataan baru, antara lain:
  1. Kedudukan petani yang terpencar dan perbedaan latar belakang kebudayaan mereka menyebabkan berbedanya tingkat penerimaan dan reaksi mereka. 
  2. Diperlukan radio lebih banyak lagi untuk kelompok kecil. 
  3. Bahan pelajaran yang kurang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kecerdasan pendengar.
  4. Kurangnya pemimpin awam 
  5. Kurang khusus dan jelasnya kebutuhan yang ada pada masyarakat pendengar 
  6. Kurang sesuainya metode pengajaran. 
Pelajaran Yang dapat ditarik:
  • pendidikan melalui radio harus merupakan kebulatan sistem penyajian (total delivery system). beberapa komponen penting dalam sistem penyampaian ini adalah: 
  1. kurikulum (segala kegiatan yang diberikan kepada anak didik)
  2. acara dan metode siaran yang diatur
  3. tempat kegiatan belajar yang dilengkapi dan diawasi oleh seorang Pembina Pendidikan.
  4. monitoring kegiatan dan kemajuan anak.
  5. evaluasi kemajuan
  • isi pendidikan non-formal merupakan response dari kebutuhan khusus dan umumnya jangka pendek, jadi meihat kebutuhan dan mnyesuaikan dengan target, tujuan dan kurikulum.
 dari uraian diatas maka untuk menemukan apa yang dapat dilakukan  melalui radio dalam pendidikan non-formal, kita perlu memutuskan:\
  1. komponen apa yang diperlukan adanya
  2. tujuan khusus yang akan dicapai 
  3. cara pembawaan isi (treatmen of program content) bagaimana yang akan dilakukan.
makin sederhana putusan dan pilihan kita, makin sederhana kegiatan yang dilakukan dan makin sederhana pula (kurang efektif) hasil yang kita capai. sekali lagi mengambil keputusan kita harus terikat (commited) sampai diperoleh umpan balik (feedback) dan pelajaran dari pengalaman

    Beberapa bentuk sistem belajar mandiri

    di 00.15 0 komentar

              a. Belajar bebas (Independent study)
              Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa tanpa kewajiban mengikuti kegiatan belajar  di kelas formal. Siswa diberi kesempatan untuk berkonsultasi  secara berkala kepada seorang guru atau lebih untuk memperoleh pengarahan atau bantuan. Seringkali kegiatan ini digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas perorangannya. 

               b. Pembelajaran suai diri (Individual instruction)
              Suatu tipe pembelajaran yang mempunyai 6 unsur dasar sebagai berikut: (1)
    kerangka waktu yang luwes, (2) adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan, yaitu kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat siswanya atau kesempatan bagi siswa untuk memilih bahan ajar yang sesuai, (4) penilaian kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat dipilih dan penyediaan waktu pengerjaan yang luwes, (5) pemilihan lokasi belajar yang bebas, (6) bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dapat dipilih.

    c. Pembelajaran perorangan suai lajur (individually paced instruction).
           Teknik pembelajaran dengan cara mengelola kegiatan belajar sedemikian sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan pelajuan belajar masing-masing.


             d. Pembelajaran perorangan tertuntun (individually prescribed instruction)
             Sistem pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran terprogram. Dalam sistem ini setiap siswa mengarahkan program belajar masing-masing berdasarkan rencana kegiatan yang telah disiapkan oleh guru atau oleh guru bersama siswa berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara operasional. Rencana kegiatan belajar ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa. Kemajuan siswa dicatat melalui observasi dan tes.


    Daftar pustaka:
    Yusuf Hadi Miarso dkk. 1986. Tekhnologi komunikasi pendidikan.. Jakarta: Rajawali

    12 Januari 2012

    Ciri dan Pengembangan Media

    di 09.34 0 komentar
       Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang digunakan dalam pendidikan
    • Ciri Fiksatif (Fixative Property)
    Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan    merekonstruksikan suatu peristiwa atau obyek
    • Ciri Manipulatif
    Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
    • Ciri Distributif (Distributive Property)
    Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadiaan tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa denganstimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.


    PENGEMBANGAN MEDIA
         Salah satu kriteria yang sebaiknya di gunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri. Oleh karena, pada bagian ini akan diuraikan teknik pengembangan media berbasis visual (yang meliputi gambar, chart, grafik, transparansi, dan slide), media berbasis audio visual (video dan audio tape), dan media berbasis komputer (komputer dan video interaktif).
    Sebelum membahas tentang pengembangan media pengajaran tersebut perlu dikemukakan prinsip umum yang perlu dikemukakan prinsip umum yang perlu diperhatikan pada saat mencari dan menentukan jenis media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip itu disajikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
    1. Sudahkah anda mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan anda membatasi topik bahasan ?
    2. Apakah program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau instruksional ?
    3. Apakah anda sudah merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui program ini ?
    4. Sudahkah anda mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan program ini ?
    5. sudahkah anda siapkan kerangka (outline) isi pelajaran ?
    6. Sudahkah dipertimbangkan bahwa media apasaja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan ?
    7. Sudahkah anda membuat storyboard untuk paket pelajaranini, jika diperlukan ?
    8. Apakah anda telh menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun pada saat mengambil gambar.
    9. Jika perlu, sudahkah anda menentukan orang tertentu yang ahli dibidang masing-masing untuk membantu anda dalam mempersiapkan materi pelajaran.



    MEDIA BERBASIS VISUAL
               Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Mesdia visual dapat memperlancar pemahaman (melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar lebih efektif, visual ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
              Ada beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media berbasis visual sebagai berikut :
    a. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali mengganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya diperhatikan.
    b. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
    c. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan.
    d. Ulangi sajian visual dan libatkan audience untuk meningkatkan daya ingat.
    e. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep, misalnya dengan menampilkan konsep-konsep yang divisualkan itu secara berdampingan.
    f. Hindari visual yang tidak berimbang ;
    g. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.
    h. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
    i. Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materi yang agak kompleks ;
    j. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila (1) jumlah obyek dalam visual yang akan ditafsir dengan benar sebaiknya terbatas, (2) jumlah aksi terpisah yang penting pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar, (3) semua obyek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda.
    k. Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi.
    l. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk (1) menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti lumpur, dan kemiskinan, (2) memberi nama orang, tempat, atau obyek, (3) menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan dengan visual sebelum atau sesudahnya, dan (4) menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan, pikirkan, atau katakan.
    m. Warna harus digunakan secara realistik.
    n. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.
    Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar / ilustrasi, sketsa / gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari sesuatu obyek atau situasi. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbolis dan artistik sesuatu obyek atau situasi.
    Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektifitas bahan-bahan visual dan grafik itu. Hal ini bisa dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksasama. Jika mengamati bahan-bahan grafis, gambar, dan lain-lain yang ada di sekitar kita, seperti majalah, iklan-iklan, papan informasi, kita akan menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-elemen visual yang akan ditampilkan. Tataan elemen-elemen visual yang akan ditampilkan. tataan tersebut haruslah dapat dimengerti, terang / dapat dibaca, dan dapat menarik perhatian sehingga ia mampu menyampaikan pesan yang diinginkan oleh penggunaannya.

    Menulis itu Wajib ain

    di 09.29 0 komentar

               Setiap profesi pekerjaan mempunyai konsekuensi masing-masing, ada hak dan kewajiban yang harus seimbang diberikan. Tak kalah penting juga dalam mengemban profesi itu ada hal yang jangan sampai kita lupakan yaitu, dakwah walau dengan tulisan. Mungkin kita sering acuh terhadap hal ini tapi inilah awal pemersatu dan pengikat hati sesama muslim. Mengapa semua profesi menjadi harus menulis:
                Setiap bidang pasti mempunyai “special” pengetahuan yang kadang tak tersampaikan lewat buku atau media lain. Karena setiap kepala (pikiran) pasti punya gagasan yang berbeda dengan orang lain, baik itu pengalaman, temuan, atau nasehat dari sudut pandang penyampainya.
    Misalnya seorang guru, dalam praktek nyatanya dalam kelas pasti banyak hal-hal lain yang ia dapati, dimana tidak dibahas dalam teori apapun di buku.
                Dokter dengan profesinya menemukan suatu cara atau pengganti obat tertentu, yang mana juga tidak ada dalam buku. Dan banyak sekali hal lain yang muncul dari banyaknya profesi yang ada.
    Tulisan merupakan magnet yang bisa merubah hidup seseorang, walaupun secara fisik tidak saling mengenal dan berjauhan tapi bila tulisan itu menggugah, maka si pembaca akan respon terhadap tulisan itu. Dalam Islam pun  kita diajarkan untuk amar ma’ruf nahi mungkar Allah SWT mensifati umat Islam dalam Al-Qur'an sebagai umat yang terbaik karena menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. (Al-Imran [3] ayat 110) yang artinya :
    "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
                 Kebaikan Umat Islam ini diperkuat oleh Rasulullah saw.dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang ayat 110 surat Ali Imran:
    "Kamu melengkapi tujuh puluh umat, kamulah yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah."Dengan kesadaran perintah ini maka sangat jelas bahwa berdakwah bukan hanya tugas para da’i tapi semua umat Islam apapun profesinya, tak terkecuali berdakwah dengan pena.
    Kompensasi dari menulis dapat menambah penghasilan.          
             Bagaimana caranya? Dengan mencoba mengirim tulisan-tulisan kita dan Alhamdulillah dimuat, secara tidak langsung kita memiliki kepuasan batin dan ada tambahan untuk hidup sehari-hari. Terutama yang sering kita dengar dikalangan para pendidik banyak sekali guru honorer yang gajinya sekitar 200 ribu perbulan dan tidak mencukupi untuk kebutuhannya.
    Kata Mochtar Lubis, faktor bakat sebesar 10% dalam menulis, sisanya 90% dari latihan dan kerja keras, jadi semua orang bisa menulis asal mau memulai.
                Setiap kita, apapun profesinya mulai dari ibu rumah tangga, dokter, guru, pedagang, mahasiswa dan profesi apapun harus mengambil andil dalam bidang ini. Sekarang kita semakin dipermudah dengan adanya internet yang mudah diakses, koran, majalah dll. Mari mulai merangkai kata-kata dimana bukan sembarang keluhan atau ocehan tapi disertai pengetahuan yang kita miliki dan terus menambah wawasan. Cobalah untuk berani mengirimkan tulisan itu ke berbagai media seperti Koran (republika, KR, kompas dll) atau memposting di blog pribadi.
                Ingatlah setiap waktu akan ada pertanggung jawabannya kelak, tentu tulisan-tulisan ini akan menjadi bukti bahwa kita telah menjalankan tugas untuk mengingatkan, menasihati sesama walau lewat tulisan. Karena dalam sebuah hadis juga dikatakan “sepatah perkataan yang baik, yang didengar oleh seorang mu'min lalu diajarkan dan diamalkan lebih baik dari pada ibadah 1 tahun” subhanallah mari amalkan bersama.


      

    Orientasi Mahasiswa Baru dan Pendidikan Karakter

    di 09.26 0 komentar
    Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values
    (Thomas Lickona)
    When we think about the kind of character we want for our children, it’s clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right—even in the face of pressure from without and temptation from within
    (Thomas Lickona)

              Hari-hari yang melelahkan dan cukup berat telah dilewati maba (sapaan untuk mahasiswa baru) setelah melewati serangkaian “ritual” memasuki kampus putih ini. Diawal perkenalan mungkin terkagetkan dengan berbagai dialektika, wacana, dan berbagai kalimat hentakan yang cukup membakar adrenalin. Tahun ini sospem (sosialisasi pembelajaran) dilakukan sebelum opak (orientasi dan pengenalan akademik kampus), yang berarti memberi kesempatan pada para dosen untuk lebih dulu memperkenalkan kampus dan segala aktifitas perkuliahan dengan bahasa ilmiahnya. Baru setelah itu mahasiswa yang menangani maba ini saat opak. Saya membayangkan dahulu setelah opak dan memasuki bangku perkuliahaan ada tanda tanya besar. Seakan bekal-bekal dan semangat tinggi selama 3 hari itu  sulit diaplikasikan dalam kelas, kadang malah merasa dididik menjadi pemberontak (subyektif ini).
             Penyelenggaraan opak atau apapun namanya (OSPEK, PPM dll) yang bermaksud mengenalkan kampus pada mahasiswa baru memang sangat penting mengingat mereka anak baru dan inilah kesempatan mereka mengenal kampusnya dengan baik, karena bila aktifitas belajar telah dimulai sangat tidak nyaman bila mereka tidak tahu kampusnya. Tak kenal maka tak sayang mungkin itulah kata yang tepat. Pemerintah telah melarang adanya perpeloncoan dan kekerasan fisik saat opak, tentu setelah beberapa kasus yang terjadi di suatu kampus bahkan menelan korban jiwa.
              Beberapa bulan lalu saat masa-masa opak berlangsung saya melewati Jalan Solo dan melihat ada anak-anak usia remaja yang mengenakan baju putih hitam, yang perempuan rambut dikucir 2 dan diberi pita kuning merah, memakai topi koran, kaos kaki beda warna dan dilehernya dililitkan berbagai rafia aneka warna. Siswa laki-laki juga memakai kaos kaki beda warna, rafia dan topi koran lalu mereka diarak sepanjang jalan yang tentu mengundang perhatian orang yang melihatnya. Lalu ditempat berbeda yang tidak jauh dari situ ada juga kelompok serupa. Mungkin memang ini hanya minoritas, tapi sempat membuat dahi berkerut mempertanyakan manfaat apa yang mereka dapat dengan dandanan seperti itu?
    Memupuk karakter lewat opak“character is the sum of all the qualities that make you who you are. It’s your values, your thoughts, your words, your actions” (www.educationplanner.org). Karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Jadi karakter adalah jadi diri yang terbentuk melalui proses  pembiasaan yang teraplikasi dalam pola pikir, sikap dan perilakunya.

               Menurut  Thomas Lickona Pendidikan karakter adalah:
    “Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values”.“Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti”.
             Tentu opak yang hanya 3 hari atau paling lama seminggu harapannya dapat dimaksimalkan untuk menumbuhkan sikap, etika dan wawasan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Berbagai cara dapat dilakukan seperti mengorganisir kegiatan dengan hal-hal yang memacu semangat belajar seperti tugas meresume, membuat karya ilmiah perkelompok, survey sederhana sesuai agenda kampus, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pembangunan karakter. Ketika menjadi mahasiswa, seorang anak perlahan beralih menjadi manusia dewasa yang tentunya memiliki kebutuhan berbeda dari sebelumnya dan disinilah saatnya peran kampus memberi bekal sebagai gerbang awal menjadi mahasiswa unggul.
     

    KETIKA AL QUR’AN SEKEDAR BACAAN

    di 09.24 0 komentar

                Umat islam adalah agama mayoritas di negeri ini. Hampir 89% dari total 240 juta penduduk Tidak disangsikan lagi banyaknya masjid megah yang berdiri kokoh mudah kita jumpai, apalagi dikota-kota besar seakan berlomba-lomba memperindah masjid yang hamper 70 ribu lebih jumlahnya (walau kita tau pasti hanya terisi 2 atau 3 shof). Tapi apa pernah terpikirkan untuk membangun imamnya? Setelah masjidnya berdiri orang-orang bingung siapa yang akan dijadikan imam? Situasi mendesak akhirnya diangkatlah seorang imam yang belum jelas kualitasnya. Bagaimana agamanya, bacaannya, serta keseharian ibadahnya.
                  Ilustrasi singkat diatas merupakan gambaran fakta yang terjadi di negeri kita tercinta.terlihat sibuknnya pencalonan presiden atau caleg kita waktunya pemilu, dengan berbagai cara dan janji-janji manis mereka. Negeri kita dilanda demam “korupsi” suatu penyakit yang sulit ditemukan vaksinnya, seperti mata rantai yang tiada putusnya. Contoh nyata saja Gayus yang merupakan “salah satu” oknum kunci yang memiliki jaringan luar biasa. Sulit menilai siapa yang salah, apa pemerintahnya, lembaga pajaknya, atau dia sendiri. Anehnya mata rantai ini tak kunjung usai hingga hari ini, padahal kita tau musibah merapi dan lainnya masih butuh perhatian bersama. Disusul Nunun dan Nazarudin, yang bukannya segera menyelesaikan masalahnya malah kabur entah kemana.
    Mengapa mereka tega berbuat seperti itu? Sebenarnya kita malu mengatakan pelakunya orang islam bahkan kita marah kalau ada yang mengatakan pelakunya muslim. Tapi coba renungkan perkataan itu, sebenarnya setuju ataupun tidak kita mengiyakan dalam hati kalau pelakunya islam. Padahal sangat jelas pedoman kita Al-Quran Al-Karim yang berisi ajaran-ajaran mulia. 
                Muncul pertanyaan mengapa yang berpedoman Al-Quran tapi berperilaku demikian?? Setiap kita haruslah mengetahui bahwa bertambahnya keimanan yang timbul dengan membaca al-Quran tidak akan terwujud kecuali orang-orang yang memperhatikan kandungan Al-Quran dan mengamalkannya, bukan sekedar membaca tanpa memahami dan menghayatinya. Berapa banyak orang yang membaca Al-Quran sementara Al-quran menjadi hujjah dan musuhnya pada hari kiamat.

    “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab ini beberapa kaum dan menjatuhkan kaum yang lain” (HR.Muslim, I/559)
                 Nabi SAW juga pernah bersabda:
    “Dan Al-Qur’an itu bisamenjadi hujjah (yang bermanfaat) untukmu atau menjadi hujjah (bumerang) yang akan membinasakanmu.” (HR. muslim, I/ 203)
    Al-Quran bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi setiap kita dan menambah keimanan jika kita mengamalkannya. Kebalikannya Al-Quran akan membinasakan bahkan mengurangi keimanan jika kita mengabaikannya dan melalaikan petunjuk-petunjuknya.
               Al-Hasan Al- Basri ra. Berkata ketika menjelaskan makna tadabur Al-Quran, “Demi Allah , tadabur itu bukan menghafal huruf-hurufnya sementara petunjuknya dilalaikan. Seseorang berkata,”aku telah membaca Al-Quran semuanya dengan tidak meninggalkannya satu huruf pun,”Demi Allah, dia telah  meninggalkan semua hurufnyakarena Al-Quran tidak terlihat didalam akhlak dan amalnya. Walaupun seorang diantara mereka berkata.”sesungguhnya aku membaca satu surat (dari Al-Quran) didalam diriku (hafal diluar kepala),’demi Allah mereka bukanlah para ahli didalam membaca Quran (Qurrra’).bukan para ulama, bukan orang-orang yang bijak dan bukan pula orang-orang yang wara’. Seandainya para Qurra’ kriterianya hanya seperti mereka, niscaya Allah akan memperbanyak orang-orang seperti mereka.”(HR. Abdurrazaq dalam Mushannaf-nya,III/363).
              Memang tidak mudah menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Banyak sindiran Allah kepada manusia seperti dalam surat Ash-Shof
    “ sungguh tercela dihadapan Allah apa yang mereka katakan padahal mereka tidak mengerjakannya’
                 Muncul pertanyaan, bagaimana agar Al-Quran benar-benar bisa merasuk kedalam hati kita? Tentu Al Quran harus dijadikan pedoman, rutinitas setiap hari dan bukan semata aktifitas.  Contoh sederhana dalam sebuah keluarga, setiap habis magrib anak-anak serta semua anggota keluarga mengaji bersama walau hanya 15 menit keteladan ini akan terus diingat oleh anak-anak sampai mereka berkeluarga dan akan terbawa sampai mati. Karena keluarga merupakan orang pertama yang paling berarti. Anak mentaati segala pendidikan keagamaan bukan karena sadar dan tahu. Mereka hanya mengucapan dan meniru perbuatan yang mendatangkan persetujuan dari autoritas / orang yang berpengaruh darinya seperti ayah dan ibu. (Robbert Crapps:1994).
              Ketika nilai dan kebiasaan itu dibawa dimanapun ia berada, maka dipastikan ketika menemui hal-hal yang bertentangan dan menggiurkan akan ada kontrol dalam dirinya yang akan mengusik hatinya karena bertentangan dengan yang telah membudaya dalam dirinya.
    Indahnya bila tiap keluarga bertanggung jawab terhadap anak-anak penerus mereka kelak, bisa dipastikan Indonesia bertambah baik kedepannya, tidak usah kita menuntut terlalu banyak. Seperti kata Aa Gym mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari hal yang kecil
    Semoga Bermanfaat bagi kita demi hidup yang lebih berkualitas.



     

    Kesan dari Novel "KEMI" (Kebebasan yang tersesat) karya Adian Husaini.

    di 09.22 0 komentar
       
              Tulisan ini bukan bermaksud menggurui, sok pinter, sok bener n sok2 lain… Cuma skdr uneq2Q untk mnmbah catatan pribadi.
    Memang berat kawan hidup diera sekarang, bahkan sudah diprediksi Nabi ratusan tahun yg lalu: Islam itu asing dan akan kembali dengan asing, maka beruntunglah bagi orang2 yang asing) juga hadis Nabi “akan datang banyak fitnah di suatu zaman sehingga di waktu pagi seseorang berada dalam keadaan mukmin, paginya menjadi kafir”
    Fatuba lil ghuroba’I (beruntunglah org yang asing),,, dulu masa Belanda kita dengan giatnya memerangi penjajah tapi kini,,, kita secara tidak sadar diperangi dengan logika (Ghozwul Fikri),, dengan menyajikan kata-kata yang dikemas menarik dan retorika yang terkesan indah, memukau, modern dan alasan lain.. seperti surat Al an’am: 112 yang menyebutkan bahwa Allah menjadikan untuk setiap Nabi ada musuh2 yakni setan dari jenis manusia dan jin, mereka senantiasa membisikkan kata-kata indah (Zhukhrufal Qouli) dengan tujuan untuk menipu (ghururo). Tentu ini lebih bahaya karena terkesan “kasat mata” dan “indah” menggoda (cieee bahasanya…)))
    Ups sory….next..


                Alhamdulillah setelah membaca novel ini membuka wawasanQ lebih banyak, paling tidak sdikit2 tau lah alur logika para orientalis, liberalis dan lis2 sesat lainnya. Bukan untuk niat mendebat mereka, paling tidak kita tambah yakin dan Bangga dgn Islam. Dalam  ayat Qur’an bahwa “orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela sebelum engkau mengikuti agama mereka………” Al- Baqoroh: 120
     mengapa saya rasa penting? Ya… karna saya adalah Islam (muslimah).
    Jika saya bilang ya… benar itu kan relative perspektif masing2,, kyo kyane qt ga tanggungjawab dg konsekuensi mnjadi seorang muslim, wong sudah jelas2 yang benar  itu menurut Qur’an dan Sunnah knp harus perspektif masing-masing????
    .              Tegas saja, kalau bertentangan ya salah, ga usah” pekewoh”  kalo kata org jawa makanya kita bilang (untuk menjaga perasan mrk) emmm,, smuanya bnr kog mnr msg2… gleg…
    mungkin kalau kita takut/ segan  berargumen paling tidak jangan sekali-kali mmengiyakan kata-kata mereka. Prinsip amar ma’ruf yang terakhir kan mengingkari dengan hati….
    Kita ingat pada khutbah Nabi Shollallahu Alaihii Wasallam yang terakhir (haji wada’) Nabi mengatakan bahwa: Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu….. (Al Maidah:3) ini sudah sangat, sangat, sangat, sangat, sangat>> hihi kelebihan sakingg smangate…. Sangat jelas.. Islam tu sempurna mbo’yo  g usah diembel-embeli pluralis, liberalis,,, n list2 laenx…
    Jamaah…….
               Para orintalis dan org2 jahat n ngeyel lainnya mayoritas belajar Islam dengan susah payah,, slh satunya aja tar yg laen cri sndiri,, pling prjuangan mrk g jauh2 dr pnhulux…
     Snouck Hurgonje yang kita tahu sepak terjangx dlm mempelajari Islam serta mnguasainya Selanjutnya, dalam suratnya, Snouck menegaskan bahwa keIslaman dan semua tindakannya adalah permainan untuk menipu orang Indonesia demi mendapatkan informasi. Ia menulis “Saya masuk Islam hanya pura-pura. Inilah satu-satulnya jalan agar saya bisa diterima masyarakat Indonesia yang fanatik. ” Temuan lain Koningsveld dalam surat Snouck mengungkap bahwa ia meragukan adanya Tuhan. Ini terungkap dari surat yang ia tulis pada pendeta Protestan terkenal Herman Parfink yang berisi, ‘Anda termasuk orang yang percaya pada Tuhan. Saya sendiri ragu pada segala sesuatu” Tapi tidak sedikit juga lo mereka yg berniat menghancurkan Islam dg mempelajari Islam mlh mndpt hidayah. Seperti dr  Abdul Karim Germanus, pas mbaca di http://namakugusti.wordpress.com/2010/07/29/dr-abdul-karim-germanus-orientalis-yang-mendapat-hidayah/.
    Subhanallah Allah yang menentukan hidayah bagi setiap makhlukNya…
             Tak bisa dipungkiri, para orientalis dan lis2 laennya tu juga manusia yang punya hati nurani (bukan nur’aini apalagi ramadhani lho!!!... ups,, po kui,,, yuks srius lagi….)
    Sebenarnya hati terdalam ato nurani mereka itu mengakui kebenaran yg Haqiqi (Qur’an n Sunnah) tapi dengan berbagai alasan, contohnya: orang yahudi dulu itu menolak keNabian Muhammad Shollallahu Alaihii Wasallam tapi mereka menolaknya karena hawa nafsu (alasan bahwa Nabi bukan dari golongan bangsanya). Jadi kadang mereka tidak mengakui kebenaran yg Haq karena tidak tahu (asal taklid krn dibungkus bahasa2 keren n modern), nafsu (alasan mempertahankan prinsip krn “malu/ gengsi dong,,, masa’ aq dh smantep ini trus mngaku salah… mo ditaruh dimana mukaku…) tentu kita tahu kebohongan yg satu biasanya diikuti oleh kebohongan2 berikutnya n harta dunia yg menggoda.
             Tentu sebagai pelajar Islam mengapa kita diperintahkan untuk menimba ilmu dari siapapun n kapanpun (unzhur man qola wala tandzur man qola). Ya inilah.. dengan tau ilmu qt tdk akan terombang-ambing oleh kerasnya hantaman ombak     (wuuuuz bahasne…. )
    Tentu tetap mohon perlindungan Allah Subhanahuwata’ala selalu diberi petunjuk n didekatkan dengan orang2/ teman2 yang beriman.. karena tidak ada yang lebih nikmat selain berkawan dengan orang sholeh…
    Wallahu a’lam bis showab..
    Wassalamualaikum wr wb…
     


    Menonton Film Kartun Merusak Memori Anak

    di 08.39 0 komentar



    Mulai sekarang, batasilah saat buah hati anda yang masih balita untuk menonton kartun cepat. Hal ini ternyata merugikan kemampuan mereka dalam berkonsentrasi dan memecahkan teka-teki berbasis logika. Parahnya, satu penelitian menyebutkan kebiasaan ini juga bisa merusak memori jangka pendek mereka.

    Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Virginia di AS ini melibatkan 64 anak yang secara acak dibagi dalam tiga kelompok.

    Satu kelompok diminta secara khusus menonton sembilan menit n kartun SpongeBob SquarePants yang populer, di mana perubahaadegan terjadi pada rata-rata setiap 11 detik.

    Kelompok lain mengamati kartun pendidikan dengan perubahan adegan rata-rata setiap 34 detik, sedangkan kelompok terakhir diizinkan untuk menggambar.

    Setelah itu anak-anak kemudian diminta untuk menyelesaikan berbagai tes. Yang pertama, tes teka-teki, dan tes yang kedua adalah tes mengikuti petunjuk.
    "Anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih buruk setelah melihat kartun cepat."
    Hasilnya, terlihat kelompok anak yang sebelumnya diminta untuk menonton kartun lebih lambat menyelesaikan berbagai tes, bila dibandingkan dengan kelompok yang menonton kartun yang lambat dan kelompok yang menggambar.

    "Percobaan memperlihatkan anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih buruk setelah melihat kartun. Bahkan ada temuan yang didukung penelitian lain yang menemukan efek jangka panjang akan fakta negatif ini," tutup salah satu peneliti Dr Angeline Lillard.
    (sydh/Tn)


    sumber: http://www.voa-islam.com

    9 Januari 2012

    Rahasia dan Hikmah (Qs. Al-furqan : 53)

    di 09.37 0 komentar
    elis
    “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
    Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.
    Captain Jacques Yves Costeau, saat menemukan patung-patung perunggu peninggalan kapal romawi kuno yang karam.
    Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
    Captain Jacques Yves Costeau, saat melakukan pendakian di Gunung Alpine. Saat itu terjadi kecelakaan fatal yang menyebabkan dirinya hampir mati.
    Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
    Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini
    yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
    Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
    Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi  yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
    Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
    Subhanallah… Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan.
    Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w.
    bersabda:
    “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”
    Waullahu a’lamu bishawab…
    sumber : eramuslim.com

    5 Januari 2012

    TV Dan VCD Sebagai Media Pembelajaran

    di 15.03 0 komentar


    • Televisi
    Omar Hamalik dalam tulisannya mendefinisikan televisi sebagai perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Dari definisi tersebut televisi sebenarnya adalah sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa karena peristiwa tersebut langsung disiarkan dari stasiun pemancar TV tertentu.
    Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara lain:
    1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.
    2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.
    3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.
    4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.
    5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.
    6. Menarik minat anak.
    7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-servise maupun dalam inservice training.
    8. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian terhadap sekolah.
    Adapun kelemahan-kelemahan TV sebagai media pengajaran, sama halnya yang terjadi pada film, yakni TV terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Kekurangan lainnya yang begitu mencolok adalah sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication).
              Apabila pembelajaran melalui televisi dilakukan dengan siaran langsung, maka yang pasti akan terjadi adalah kesulitan terintegrasikannya jadwal siaran pembelajaran di televisi dengan jadwal pembelajaran di sekolah. Dari sifatnya yang sentralistik ini, guru di sekolah sulit untuk mengontrol proses penyampaian pesannya.
              Dalam penggunaannya televisi sangatlah mudah untuk digunakan akan tetapi dalam proses pembelajaran jangan asal pakai saja. Diperlukan adanya persiapan terlebih dahulu sebelum proses pemebelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan tidak semuanya anak didik faham akan perbendaharaan kata-kata yang digunakan dalam materi yang berlangsung di televisi. Kemudian setelah selesai diadakan kegiatan lanjutan agar semuanya bisa berjalan dengan efektif. Dengan adanya follow up setelah melihat TV, anak didik akan lebih faham akan pelajaran tersebut.
    Pada tahun 2004, Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar meresmikan adanya TV-E (Televisi Edukasi), sebuah stasiun televisi di Indonesia yang khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyrakat. Televisi inipun disebut sebagai Media Pendidikan Jarak Jauh. Dalam sambutannya beliau mengatakan: “sebagai bangsa yang ingin maju, maka kemnajuan teknologi perlu dimanfaatkan. Hanya saja itu dilakukan dengan kadar kearifan dan etika yang tinggi, khususnya dilihat dari segi pendidikan”. Pernyataan beliau sangat jelas untuk mengajak seluruh civitas pendiddikan menggunakan teknologi sebagai bumbu tambahan dalam proses pengajaran. Disamping agar tidak ketinggalan zaman, pesan ini juga mengandung bahwa teknologi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
    Televisi edukasi ini dirancang untuk mendidik dan mencerdaskan masyarakat dengan kemasan acara yang mengasyikkan dan menyenangkan. Karena daya jangkaun televisi bisa sangat luas, keberhasilan memanfaatkan media pembelajaran itu akan mempercepat pembangunan masyarakat belajar yang cerdas.
    Program TV-E ini disiarkan melalui satelit dan dapat diakses dengan menggunakan parabola. Siaran dilaksanakan selama empat jam dari pukul 07.00 hingga 11.00 di frekuensi 3782-3790 MHz. Sedangkan komposisi programnya meliputi materi pelajaran pendidikan formal 30%, pendidikan nonformal 30%, pendidikan informal 20%, serta informasi kebijakan dan program berupa berita atau feature 20%. Adanya siaran ini sangatlah membantu guru dan masyarakat untuk melakukan pembelajaran secara individu dan kelompok yang nantinya tidak ada pembatasan ruang gerak proses pendidikan itu sendiri.

    • Video Compact Disk (VCD)
    Video yang salah satu bentuknya adalah Video Disc masih termasuk media pembelajaran audio visual. Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran mendefinisikan video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara.
    Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media film, di antaranya dari segi kelebihan-kelebihannya yaitu:
    1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
    2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan
    3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat
    4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa
    5. Mengembangkan imajinasi peserta didik
    6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistic
    7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang
    8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan
    9. Semua peserta baik yang pandai maupun yang kurang pandai mampu belajar dari video
    10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar
    11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.
    Namun selain kelebihan-kelebihan diatas, ia-pun tidak lepas dari kelemahannya, yakni media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih sedikit sekali video di pasar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.

    • Langkah-langkah Penyajian Video
    Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut;
    1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
    2. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu   Melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
    3. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi untuk melatih siswa mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan.
    4. Program video bisa diputar dua kali atau lebih, untuk memperhatikan aspek- aspek tertentu.
    Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu.Sesudah itu dapat dites, berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.
    VCD (Video Compact Disk) adalah salah satu bentuk dari Video Disc, yaitu sarana menyimpan dan mencari gambar. Video disc diperkanalkan di pasar tidak lama setelah perekaman pita video menjadi populer. Video disc pertama dipasarkan oleh Philips dari Belanda pada tahun 1972, dan berikutnya oleh Thomson-CSF di Prancis, JVC di Jepang, dan RCA di Amerika Serikat. Sistem yang dipakai adalah capacitance system, yakni sistem pemindahan (scan) informasi gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylus, sebagaimana layaknya pada turn table audio (Arief S. Sadiman, 1990:296).
    Kemudian mengalami perubahan menjadi sistem optik. Produsen yang pertama kali menggunakan optical tracking signal system yang menghubungkan ke sinyal video adalah JVC dari Jepang, produk ini kemudian dikenal dengan sebutan laser disc (LD). Teknologi LD ini berbeda dengan teknologi pita video dalam arti informasinya disimpan sebagai spiral lubang-lubang mikro yang dapat dibaca secara optic; galurnya diatur rapat-rapat di permukaan cakram (disc) datar, bukan dalam bentuk magnetic di permukaan pita; dan dibaca menggunakan laser, bukan oleh head magnetic. Perbedaan utama adalah player pita video juga sekaligus recorder. Kita dapat merekam di pita video, sedangkan video disc hanya tersedia dalam bentuk yang sudah direkam. Dengan alasan ini, video disc tidak terlalu populer ketika pertama kali diperkenalkan dan belum diterima konsumen dalam skala besar pada awal tahun 1990-an.
    Tidak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1992, Philips mempromosikan video dalam tampilan baru yang disebut Video Compact Disc, yang kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan VCD. Video digital ini memanfaatkan format medium CD yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format audio CD. Dengan memasukkan informasi dan audio untuk memenuhi ruang 650 MB yang disediakan oleh medium CD ini, format VCD diperkenalkan untuk menjadi tandingan Laser Disc (LD), yang secara fisik bentuknya lebih besar dan lebih berat. Teknologi digital yang digunakan adalah teknologi MPEG-1 yang diprakarsai oleh Motion Picture Experts Group, sebuah badan internasional yang mengembangkan kompresi audio dan video. Teknologi MPEG-1 ini memanfaatkan teknik kompresi data rate rendah dengan tujuan agar file yang dihasilkannya dapat efektif memenuhi ruang 650 MB yang disediakan medium CD.
    Dengan menggunakan standar VCD ini, sebuah medium CD dapat menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit. Kualitas setara dengan VHS video, dan suara setara dengan kualitas CD Audio. Baik LD maupun VCD, bukanlah media penyimpan pada kamera, tetapi hanya untuk diputar pada play back-nya masing-masing.

     

    Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review