12 Januari 2012

KETIKA AL QUR’AN SEKEDAR BACAAN

di 09.24

            Umat islam adalah agama mayoritas di negeri ini. Hampir 89% dari total 240 juta penduduk Tidak disangsikan lagi banyaknya masjid megah yang berdiri kokoh mudah kita jumpai, apalagi dikota-kota besar seakan berlomba-lomba memperindah masjid yang hamper 70 ribu lebih jumlahnya (walau kita tau pasti hanya terisi 2 atau 3 shof). Tapi apa pernah terpikirkan untuk membangun imamnya? Setelah masjidnya berdiri orang-orang bingung siapa yang akan dijadikan imam? Situasi mendesak akhirnya diangkatlah seorang imam yang belum jelas kualitasnya. Bagaimana agamanya, bacaannya, serta keseharian ibadahnya.
              Ilustrasi singkat diatas merupakan gambaran fakta yang terjadi di negeri kita tercinta.terlihat sibuknnya pencalonan presiden atau caleg kita waktunya pemilu, dengan berbagai cara dan janji-janji manis mereka. Negeri kita dilanda demam “korupsi” suatu penyakit yang sulit ditemukan vaksinnya, seperti mata rantai yang tiada putusnya. Contoh nyata saja Gayus yang merupakan “salah satu” oknum kunci yang memiliki jaringan luar biasa. Sulit menilai siapa yang salah, apa pemerintahnya, lembaga pajaknya, atau dia sendiri. Anehnya mata rantai ini tak kunjung usai hingga hari ini, padahal kita tau musibah merapi dan lainnya masih butuh perhatian bersama. Disusul Nunun dan Nazarudin, yang bukannya segera menyelesaikan masalahnya malah kabur entah kemana.
Mengapa mereka tega berbuat seperti itu? Sebenarnya kita malu mengatakan pelakunya orang islam bahkan kita marah kalau ada yang mengatakan pelakunya muslim. Tapi coba renungkan perkataan itu, sebenarnya setuju ataupun tidak kita mengiyakan dalam hati kalau pelakunya islam. Padahal sangat jelas pedoman kita Al-Quran Al-Karim yang berisi ajaran-ajaran mulia. 
            Muncul pertanyaan mengapa yang berpedoman Al-Quran tapi berperilaku demikian?? Setiap kita haruslah mengetahui bahwa bertambahnya keimanan yang timbul dengan membaca al-Quran tidak akan terwujud kecuali orang-orang yang memperhatikan kandungan Al-Quran dan mengamalkannya, bukan sekedar membaca tanpa memahami dan menghayatinya. Berapa banyak orang yang membaca Al-Quran sementara Al-quran menjadi hujjah dan musuhnya pada hari kiamat.

“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab ini beberapa kaum dan menjatuhkan kaum yang lain” (HR.Muslim, I/559)
             Nabi SAW juga pernah bersabda:
“Dan Al-Qur’an itu bisamenjadi hujjah (yang bermanfaat) untukmu atau menjadi hujjah (bumerang) yang akan membinasakanmu.” (HR. muslim, I/ 203)
Al-Quran bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi setiap kita dan menambah keimanan jika kita mengamalkannya. Kebalikannya Al-Quran akan membinasakan bahkan mengurangi keimanan jika kita mengabaikannya dan melalaikan petunjuk-petunjuknya.
           Al-Hasan Al- Basri ra. Berkata ketika menjelaskan makna tadabur Al-Quran, “Demi Allah , tadabur itu bukan menghafal huruf-hurufnya sementara petunjuknya dilalaikan. Seseorang berkata,”aku telah membaca Al-Quran semuanya dengan tidak meninggalkannya satu huruf pun,”Demi Allah, dia telah  meninggalkan semua hurufnyakarena Al-Quran tidak terlihat didalam akhlak dan amalnya. Walaupun seorang diantara mereka berkata.”sesungguhnya aku membaca satu surat (dari Al-Quran) didalam diriku (hafal diluar kepala),’demi Allah mereka bukanlah para ahli didalam membaca Quran (Qurrra’).bukan para ulama, bukan orang-orang yang bijak dan bukan pula orang-orang yang wara’. Seandainya para Qurra’ kriterianya hanya seperti mereka, niscaya Allah akan memperbanyak orang-orang seperti mereka.”(HR. Abdurrazaq dalam Mushannaf-nya,III/363).
          Memang tidak mudah menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Banyak sindiran Allah kepada manusia seperti dalam surat Ash-Shof
“ sungguh tercela dihadapan Allah apa yang mereka katakan padahal mereka tidak mengerjakannya’
             Muncul pertanyaan, bagaimana agar Al-Quran benar-benar bisa merasuk kedalam hati kita? Tentu Al Quran harus dijadikan pedoman, rutinitas setiap hari dan bukan semata aktifitas.  Contoh sederhana dalam sebuah keluarga, setiap habis magrib anak-anak serta semua anggota keluarga mengaji bersama walau hanya 15 menit keteladan ini akan terus diingat oleh anak-anak sampai mereka berkeluarga dan akan terbawa sampai mati. Karena keluarga merupakan orang pertama yang paling berarti. Anak mentaati segala pendidikan keagamaan bukan karena sadar dan tahu. Mereka hanya mengucapan dan meniru perbuatan yang mendatangkan persetujuan dari autoritas / orang yang berpengaruh darinya seperti ayah dan ibu. (Robbert Crapps:1994).
          Ketika nilai dan kebiasaan itu dibawa dimanapun ia berada, maka dipastikan ketika menemui hal-hal yang bertentangan dan menggiurkan akan ada kontrol dalam dirinya yang akan mengusik hatinya karena bertentangan dengan yang telah membudaya dalam dirinya.
Indahnya bila tiap keluarga bertanggung jawab terhadap anak-anak penerus mereka kelak, bisa dipastikan Indonesia bertambah baik kedepannya, tidak usah kita menuntut terlalu banyak. Seperti kata Aa Gym mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari hal yang kecil
Semoga Bermanfaat bagi kita demi hidup yang lebih berkualitas.



 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review