14 Oktober 2013

Cerita dg sepupu di SPN Purwokerto "edisi liburan singkat

di 22.53
Sepupu saya datang beberapa waktu lalu, mrk sekolah di SPN Purwokerto tinggal sebulan lagi. Mumpung ada libur 4 hari pulanglah mereka ke jogja.
Tiap hari mereka cerita tentang "kerasnya" pendidikan yang dialami. Bagi ukuran militer tentu itu tidak seberapa bahkan normal. Namun, kami yang awam sempat "gedek2" dengar ceritanya.
Mulai dari awal masuk SPN yang harus belajar makan dalam hitungan 20 detik dan tidak boleh bersisa, makan wajib dengan garpu dan yang lebih menyiksa, mereka itu anak2 gorontalo (sulut) yang tak biasa
 makan manis (jawa) selalu yang dicari RICA/sambel. haha
Tiap hari mereka isi dengan latihan fisik, lari 15 km adalah hal biasa (saya dengernya aja mau pingsan, itu sih dari rumah--kampus saya -_-).
belum lagi push up rutin, dan disiplin tinggi di tiap kegiatan, tidur yang dibatasi
terutama jika PLB (Panggilan luar biasa), dalam kondisi apapun dalam 5 menit harus sdh dilapangan, bahkan saat sedang, maaf (BAB) harus segera lari menuju panggilan. Inilah arti Disiplin, mendarah daging

Pendidikan singkat yang hanya 5 bulan ini memang menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang, adek saya ketika ditanya
 "Koq mau sih ikut brimob gt? Ga kuliah aja yang cuma duduk manis.
Alasannya adalah "Ini pasti kak, 5 bulan saya langsung PNS dan tidak merepotkan orang tua. Dengan begini saya bisa bantu menyekolahkan adik2 saya, memberi uang sama orang tua tidak merepotkan, kalo kuliahkan 4 tahun hanya habiskan biaya trus belum tau mau jadi apa. Kalo ini pasti.
 Tidak apa2 latihan berat bahkan "nyaris" mati menurutku" Ya Allah..........
3 hari mereka dirumah memberi warna lain dalam hidupku, Kami terbiasa makan dengan cukup, tenang, setiap harinya. Tidak dengan mereka, rintangan yang setiap detik menghantui harus selalu "sigap" mereka hadapi. 
SYUKUR..itu kata yang sering lalai dan seakan semua "nikmat" yang ada ini tak berarti dan biasa2 saja. Anak-anak itu memang terlihat biasa saja, namun pesan yang mereka bawa membawa makna yang begitu dalam.
Bagaimana mereka menceritakan keluarga di kampung halaman yang serba "tidak punya", hidup susah, berat bahkan air mata mungkin kering jika menggambarkan cobaan yang mereka alami.
Modal nekat, itu yang menjadikan mereka jadi seperti sekarang ini. Jika berharap harta, mereka bukan anak orang terpandang yang punya banyak harta, mereka hanyalah sosok-sosok muda penuh semangat yang mengajari arti perjuangan yang sesungguhnya.
"Enak ya, disini saya belum ingin pulang" Kata temen sepupu saya
"Banyak hal dalam hidup yang tidak kita inginkan tapi harus dilalui nak" nasihat usang yang bisa saya sampaikan.
"Disini baru merasakan puas kak, terima kasih ya" katanya lagi
Air mata ini ingin meleleh mengingat betapa "biasa"nya saya dengan nikmat Allah yang begitu besar ini.
Banyak sekali cerita mereka, saya sendiri dibuat terpukau. Pendidikan keras memang membentuk karakter ynag baik, Saya pesimis melihat pendidikan sekarang yang katanya "humanis" tapi tak terbukti efektif membentuk karakter. Coba lihat orang-orang hasil pendidikan keras ini, jiwa mereka terbentuk sempurna, akhlaknya santun dan benar-benar DISIPLIN itu merasuk dalam dirinya.
"Mbak doakan ya,tinggal sebulan lagi ini tinggal dilepas di laut dan dihutan. semoga kami dilindungi
Sebelum pulang, mereka berurai air mata. 20-an tahun baru kali ini bertemu, banyak makna-ibrah-petuah yang mereka berikan.
Sukses ya adik-adikku, semoga usaha kalian berhasil dan selalu dilindungi ALLAH SWT.
Hikmah adalah harta orang muslim yang hilang, maka ambillah hikmah itu tanpa memandang siapa,dan apa.
Maka belajarlah tanpa apa


                                                                                                Kalasan, 14 Oktober 2013






0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review