23 Maret 2015

Pengalaman Mengirim Opini Mahasiswa Ke Harian Jogja

di 21.54
Hai, kali ini saya ingin membagi tips menulis serta mengirim opini ke media massa. Saya bukan orang yang ahli tapi Cuma ingin berbagi pengalaman saja yang alhamdulillah beberapa kali lolos tayang. Opini yang saya bidik adalah kolom aspirasi mahasiswa halaman 6 yang tayang setiap selasa. Sebenarnya sudah lama tahu kalau setiap selasa harjo menerima opini dari mahasiswa. Sempat was-was juga karena dengar dari banyak senior bahwa untuk mengirim opini akan dilihat titel dan kedudukan di dunia akademik. Misalnya peneliti di Asosiasi X, dosen bidang Y, atau pakar bidang XY. Maka jangan sia-siakan ketika kamu masih duduk  di bangku mahasiswa, KTM adalah senjata ampuh untuk menunjukan jati dirimu.
Kenapa menulis?
Pertanyaan klasik ini mengusik beberapa orang yang seakan meragukan keseriusan kita untuk menulis. Setiap orang bebas memilih alasan termasuk alasan mengapa ia menulis. Jujur saya mulai menulis ketika ada lecutan semangat dari dosen. Ceritanya saat mata kuliah tersebut, dosen saya yang aktif menulis di koran selalu membagikan artikel yang ia tulis kemudian diterbitkan oleh koran. Dari materi koran itu kemudian kami di minta menganalisis. Keren kan. Dosen ini sempat melontarkan kalimat yang menanyakan siapa yang pernah menulis di media (tanpa tanya terbit gak ya?) Hehe. Spontan saya jawab, “Wah, nulis tapi gak pernah muncul di opini umum pak”. Bapak itu langsung mengatakan, “Setidaknya kamu sudah menulis, nih buku untuk kamu”. OMG seneng banget plus bertekad buat nulis.
Dosen S1 saya dulu pun tak kalah hebatnya, julukannya saya Pena Hebat yang berhasil menulis 30 buku dalam 2 tahun. Beliau membuat sebuah kesepakatan bahwa ketika ada tulisan yang muncul di media massa maka nilai mata kuliah tersebut akan diberi nilai A. dengan catatan semua tugas beres, absen full dan patuh tata tertib. Yah, teori motivasi pun mengatakan demikian bahwa semakin besar imbalan yang didapatkan maka semakin semangat pula kita dalam mengerjakan sesuatu.
Gimana mulainya?
Oke. HarianJogja menyediakan kolom untuk mahasiswa pada halaman 6 setiap hari selasa. Temanya berganti setiap minggu, jadi kita harus beli korannya. Kalau dulu ada epapernya sehingga kita hanya cukup buka webnya dan mencatat apa tema minggu ini. Saya sendiri hanya beli koran di hari selasa, untuk melihat tema sekaligus mengecek tulisan kita muncul tidak.
Melihat perkembangannya, koran ini sangat kompetitif. Tulisan yang dimuat bervariasi dari setiap kampus yang ada. Tidak ada diskriminasi kampus negri atau swasta sehingga terbuka siapapun yang ingin mengirim.
Teman saya pernah komentar ketika saya beri tahu tema mingguannya, “Wah apaan tu, kaga ngarti sama istilah itu (sambil menunjuk tema yang cukup rumit)”. Kalau saya sih, zaman internet begini jangan bikin nyali menulis jadi ciut. Googling aja kata yang sulit itu lalu telusuri apa yang terjadi. Dari berbagai versi koran di internet lalu sarikan dengan kalimatmu sendiri. Bisa juga dengan melihat koran edisi cetak yang ada di mading kampus (kamu pasti lebih rajin dari saya).
Urutannya: 
  • Mulai telusuri tema tadi sambil mencari referensi buku, televisi, hingga obrolan di warung mi ayam (warga sekarang melek media). Sarikan dengan kalimatmu. Atau bisa juga cuplik kutipan penting dari koran yang kamu suka, diutamakan milih Harjo sendiri loh ya. Tapi jangan sekali-kali lupa menyebutkan sumbernya. Tulis dalam kurung sumber beserta tanggal terbitnya. Jika memang itu media online maka cantumkan alamat webnya. Ingat copas itu dosa ya, plus mencoreng nama baik kita sebagai warga akademisi.
  • Alinea pertama bisa ditulis opini koran yang menguatkan. Alinea kedua berisi teori yang pakem. Misalnya undang-undang, Perda, teori kepemimpinan dalam buku Pak X dan lainnya. Alinea ketiga lalu ramu dengan mengutarakan solusi serta saran untuk perbaikan dari masalah yang muncul. Tulis sekitar 2 halaman spasi 1.5 
  • Ada baiknya memberi sudut pandang yang unik. Misalnya semua orang kontra tapi kamu memilih pro dengan alasan-alasan serta bukti yang lebih otentik. 
  • Endapkan. Deadline harjo pada hari jumat, sebaiknya hari rabu sudah kau tuliskan opinimu (mengejar deadline, bayangkan tiba-tiba listrik mati, internet lambat atau hal2 yang menyita waktu). Hari kamis kau baca lagi 2-3x lalu perbaiki ejaan, tanda baca, cek lagi referensi yang dipakai serta fikikan lagi judulnya. Apakah cukup menggoda editor untuk memilihmu. Saya terbiasa menulis judul diawal namun bisa juga diubah begitu dibaca lagi ternyata tidak pas. 
    • Kamis pukul 10.00 pagi segera kirimkan ke alamat email aspirasi@harianjogja.com. Tulisan disertai identitas dan foto santai/resmi. Baik juga sertakan scan KTM yang menandakan kamu benar-benar mahasiswa
    • Kamis sore cek lagi emailmu. Kadang pending bahkan gagal terkirim. Saya sering begini akibat koneksi yang tidak stabil
Well, jangan sungkan bahkan menghabiskan masa mahasiswamu tanpa sekalipun menggunakan fasilitas wifi kampus untuk berkirim email dengan media massa. Perhitungkan juga masa-masa menjadi mahasiswa yang hanya terbatas 4 tahun atau 2 tahun untuk S2. Setelah itu KTM mu akan off selamanya.
Oiya, honor dari Harjo lumayan untuk sekedar mengganti biaya fotokopi tugas kuliah. Hanya dengan menulis 1.5-2 halaman kita akan diberi Rp.100.000,-
Eits..bukan uangnya besar atau kecil. Namamu yang muncul di media akan terkenang sampai kapanpun bahwa kau berhasil menakhlukan sebuah media dengan menorehkan namamu di daftar penulisnya. Untuk kampus UIN SUKA, di S1 bagi teman-teman yang berhasil menulis di media kemudian menyertakan nama mahasiswa Uin Suka, tunjukkan hasil tulisanmu ke bag kemahasiswan. Akan diberi reward sekitar Rp.100.000,-. Lumayan kan, bisa buat bensin sebulan kalau saya. Di S2 pun, bagi mahasiswa yang bisa menulis dengan syarat yang sama dengan S1 maka akan diberi sekitar Rp.100.000,- untuk yang media lokal. Nasional sekitar Rp.250.000,- (kalau tidak salah) dan internasional Rp.500.000,-.
Jangan ciut, ah cuma 100rb doang, lumayan loh kalau yang lolos 17 artikel lokal? Emang masih dikit sih. Tapi kan lumayan, siapa coba yang mau ngasih duit segitu. Cobain deh, beda loh pegang duit hasil menulis sama nodong dari orang tua. Trust me ^_^

2 komentar:

Danis Widyadana mengatakan...

Maaf itu alamat pengirimannya apakah masih tetap hingga saat ini?

Unknown mengatakan...

Halo kak, tadi disebutkan bahwa lebih baik mencari berita dari koran yang berbentuk fisik. Nah apabila dalam bentuk berita web di Harjo apakah boleh kak?

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review