19 Maret 2015

Pertemuan Cici dan Koko

di 09.21
Alhamdulillah ala kull halin
sudah lama banget ga coret2 blog sendiri..
beberapa hari ini banyak banget kejadian yang bikin ketar ketir sendiri. 
pengen lagi menulis banyak hal mengenai kucing, kuliah, tesis dan masa depan... 
mau berbagi tentang kucing dulu lah, 

Ceritanya kan sekitar bulan puasa tahun kemarin (2014) teman ibu tu ngasih kucing peranakan gitu (Anggora, Persia dan Jawa) kucing turunan ini kemudian kawinlah dengan kucing Jawa yang saya kira pertemuan mereka tidak perlu saya jabarkan panjang lebar ya. 
Mungkin aja sih, namanya juga jodoh, walaupun dia tinggal di sebuah desa di pelosok Jogja, ternyata dia berjodoh dengan si bule yang cantik jelita. Entah alasan menjalankan sunnah atau insting semata maka muncullah benih-benih cinta diantara keduanya. Sebut saja Koko, pria yang sepanjang hidupnya menjadi pria rumahan kemudian hampir putus asa. Di suatu sore, tanpa sengaja ia berjalan-jalan bermaksud mencari jajan buat buka puasa, bertemulah dengan Cici, tetangga kompleks yang cantiknya masyhur hingga ke telinga Koko.
Koko selalu menjaga pandangannya dan ingin menempuh cara yang di ridhai Tuhannya. Tak sekalipun ia berusaha menggoda apalagi ikut-ikutan dengan teman lainnya untuk merayu Cici. Rindunya ia pendam sendiri dan berusaha menumpuknya dalam bait-bait doa di sepertiga malamnya. Bahkan dalam helaan nafasnya, ia sertakan nama Cici agar kelak bersanding dengannya. Singkat cerita entah memang sudah jalan takdirnya, di suatu malam yang temaram Koko teramat gelisah dan ingin jalan-jalan ke taman Kota. Hingga pukul 11.00 malam kopi yang ia beli dari angkringan masih saja utuh hanya seteguk ia minum, otaknya sibuk memikirkan suatu hal yaitu keluarganya di kampung. Ya, koko adalah salah satu pemuda yang tergiur pindah ke kota dengan iming-iming mencari makan lebih mudah karena orang kota terkenal kaya dan dan butuh banyak pekerja. 
Satu dua jam ia hanya termenung sambil menyadari kesalahannya karena melarikan diri begitu saja tanpa menghiraukan isak tangis ibunya. Lamunannya buyar, seketika ia meloncat mendengar suara teriakan seorang wanita paruh baya. Ia teringat kembali pada Ibunya. Suara itu semakin jelas dan terdengar sangat jelas. Larinya dipercepat menuju arah suara yang semakin nyaring menjerit. Ternyata seorang Nenek yang baru saja turun dari taksi meraung-raung sendiri.
Seketika Koko mendekati Nenek itu, "Apa gerangan yang terjadi nek?" tanya Joko pada si Nenek.
"Aduh Nak, Saya habis nengok cucu di kampung. Pulang sudah larut begini. Tadi tas saya berisi dompet, serta kacamata dan tongkat masih tertinggal dalam taksi. Si tukang taksi langsung pergi begitu saya turun. Tolong nak, saya tidak tahu dimana arah ke rumah". Terang si Nenek
Dalam hatinya Koko seperti tidak asing dengan nenek ini, Ya.. ini salah satu nenek penghuni kompleks ingatnya tidak berapa lama. 
"Maaf Nenek tinggal di Kompleks Anggrek?" Tanya Joko dengan ragu.
"Iya Nak, rumah no. 15. Hanya saja tadi nenek salah ucap alamat pada sopir taksi". Jelas Nenek
"Sudah nek, mari saya antar, malam sudah sangat larut. kebetulan rumah saya belakang kompleks juga. Mari nek naik motor saya tapi  maaf motor butut". Terang Joko
"Aduh, masih ada anak baik ya semalam ini. Saya sangat ketakutan. Terima kasih banyak nak, ngomong-ngomong siapa namamu?". Tanya Nenek
"Koko nek, Supriyoko tapi di kampung suka di panggil Koko" Jelas Koko.
Setelah mengantar nenek pulang, Koko kembali ke rumahnya dengan hati bahagia. Ya dia membayangkan, apakah Ibunya sudah setua seperti nenek itu ya. Betapa malam itu ia ingin sekali pulang, bayangan Cici hilang sama sekali berganti dengan wanita tua yang baru ditemuinya mungkin tak jauh beda dengan keadaan ibunya saat ini.
**
Hari berganti, seseorang mengetuk pintu kamar kosnya. 
Seketika darahnya berhenti mengalir, keringatnya mengucur deras, bibirnya pucat serta matanya pun berhenti berkedip.
"Halo...dengan mas Supriyoko ya?" tanya tamu itu sambil melambai-laimbakna tangan di depanku. Sekitar 3 menit aku terdiam sambil terus memaksa untuk memastikan aku masih berpijak di Bumi.
"I..Iya..S..Saya..J..Jo..ko.." kataku sangat terbata" ucapku, hingga terlupa mempersilahkan tamu itu masuk
"Oke, saya mampir aja nih sambil bawa buah titipan nenek Esmeralda. Katanya seminggu kemarin kamu menolongnya ya. Makasih ya, nenek itu rabun dan sedikit pikun. Untung saja ketemu orang jujur kayak kamu. Oiya, dia bukan nenekku hanya saja kemarin aku main kerumahnya karena dulu ibuku pun berbuat begitu. Nenek Esmeralda sangat baik pada Ibu, dia menganggap Ibu adalah anaknya karena semua anaknya jauh di kampung yang selalu di kunjunginya tiap bulan. Sekali lagi terima kasih ya". Gadis itu tersenyum sambil berpamitan.
**

Seminggu setelah kejadian itu, seorang imam masjid kompleks bertandang ke kosku. Menyampaikan suatu hal ganjil yang di luar bayanganku.
"Maaf mas Joko, saya kesini membawa amanat. Mungkin mas Joko sudah tau ya?" tanya Pak Ali, Imam masjid kompleks dengan senyum khasnya.
"Bapak ini, saya bukan paranormal pak. Gak bisa nebak-nebak". Balas Joko dengan senyum pula
"Begini nak, seminggu yang lalu ada seseorang yang minta ke saya untuk menyampaikan niatan dia melamar mas Joko ini". Jelas pak Ali.
Joko terdiam beberapa saat, antara bahagia, takut dan penuh heran ia tak sabar menunggu siapa gadis yang dimaksud si bapak. Bayangannya kembali pada Cici, gadis jelita idola teman-temannya. Berparas cantik, bermata jeli dan santun. Suara pak Ali menghalau lamunannya.
"Pasti mas Koko sudah tau ya?". tanya pak Ali menebak
"Siapa ya pak, saya kan hanya pemuda biasa. Kuli apa saja dan biasa kerja serabutan. Aneh, kok ada yang mau sama saya. Kalau bapak berkenan menyebutkan namanya saya akan sangat bahagia." Tanya Koko
"Ziza, gadis di rumah nomor 14 nak. Dia bercerita bahwa sekitar dua minggu lalu dia melihat dari balik jendela, mas Koko ini membonceng nenek Esmeralda, padahal si nenek biasanya naik taksi sendiri. Kesimpulannya dia sangat bertekad ingin melanjutkan hubungan dengan nak Koko yang menurut dia adalah lelaki baik hati dan tulus". Jelas pak Ali 
Seketika koko diam, jadi gadis kemarin yang datang ke rumah adalah Ziza, bahkan namanya pun baru terdengar ditelinganya. Ia sangat kaget saat gadis itu bertandang karena belum seorang gaddispun pernah menemuinya di kos seperti ini. Lalu bagaimana dengan Cici? bukankah yang merebut hatinya cuma Cici seorang? 
"Lalu, bagaimana nak Koko, apa yang harus saya sampaikan pada Ziza?" Tanya pak Ali.
"Mmmm...sebentar pak, saya butuh 3 hari untuk berfikir. Namun ya keadaan saya seperti ini tidak ada kelebihan apapun" Terang Koko.
Malam itu menjadi sangat panjang menurut Koko, tak biasanya ia gelisah seperti itu. Namun, fikirannya pada dua gadis cantik itu tak mampu ditepisnya.

Bersambung..hehe
#Aku niate mau cerita kucing, tapi malah bikin drama. Sorry sorry to read ya :D
  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review