24 Oktober 2013

Hei....kamu yang PAI

di 23.03
  
 Imam Asy-Syafi’i:

“Setiap bertambah ilmuku, maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.”

Tepat sekali kata Imam Syafi'i, cukup heran juga saya, Hampir tiap hari merasa bahwa makin bodoh, kuper dan telat banget semuanya. Gini ceritanya, memasuki gerbang s2 entah mengapa seperti ada "amanah" lain, Oya tadi juga baca majalah "Chic" pas cerita tentang Mashanda yang dulu sempat over labil (apalah bahasanya), pokoe semenjak kecil kan dia artis, masih inget dong pas dia jadi Lala yang punya Ibu Peri. setelah ratingnya naik, dia terus memacu dirinya untuk bisa jadi nomor 1. Bila sudah tercapai terus lagi dia paksa agar bisa lebih baik, namun..hatinya kering. Gersang. Sampai akhirnya ngupload videonya yang geger di tahun 2009, akhirnya insyaf dan sekarang jadi menutup aurat -MasyaAllah

Lalu, si Michael Jakson-pun demikian, dimana ia memforsir dirinya untuk selalu jadi nomber wahid lah. yang ujung-ujungnya membuat dia kolaps dan meninggal.

Beberapa artis lain (karena yang muncul di tipi artis, mungkin org biasa jg ada cuma gak di ekspose), juga sama.. bahkan yang stres akut gara-gara "pressure" yang over.

Lalu, apa hubungannya?
Begini, Setelah s2 ini lingkungan saya (kampus) sering banget membahas tentang kualifikasi dan masa depan kami. Sudah pernah saya bahas bahwa saat ini s2 bak kacang goreng yang tidak lagi istimewa, biasa-biasa saja untuk ukuran zaman sekarang. Obrolan itu antaranya, jurusan saya kan PAI-S2 juga linier PAI (pengennya s3 juga ya Allah, amin) nah, kalau mau jadi dosen mau ngajar apa :D
Sontak baru nyadar, iya ya kan dikampus itu misal : makul B Indo diajar oleh lulusan sastra indonesia, B. arab-lulusan b. Arab, Statistik/Psikologi/Manajemen/SKI/ dan semua-dihasilkan fakultas yang bersangkutan.  Lalu PAI?

Teman saya sempat galau dan pengen ganti jurusan.
Kalau saya sih punya pendapat begini : "Sekarang urusan cari ilmu, ya cari ilmu dulu..urusan besok jadi apa ya sambil jalan saja", yang terpenting kita punya daya tawar.. untuk ukuran dunia saat ini (spesifik dunia jogja aja lah yang mikro) paling tidak si cados punya "spesialis" atau daya tawar yang bisa diandalkan, seperti :
  • Menulis     : Buku, jurnal mulai lokal-interlokal (maksunya internasional), aktif nulis di koran, blog dsb
  • Bahasa     : Minimal Arab Inggris 
  • Baca        : Doyan baca dan update keilmuan saat ini
  • Pendidikan : Minimal s3 lah (target)
  • Link        :  tak kalah penting, harus kenal sama dosen-dosen (bukan cari muka, tapi cari info lo,)
dan yang lain pasti faktor luck :D, tentu doa ortu dan usaha keras kuncinya..

Intinya, gak usah galau.. Yakin dan ikuti prosedur dari Allah dengan jalan yang baik agar keberkahan rezeki didapatkan.
Berkah artinya bertambahnya kebaikan (dalam bentuk apapun), tidak melulu harta.
SO, jadi apapun yang penting manfaat

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain" (Hadis)
"Seseorang tidak akan meninggal sebelum sempurna rezekinya"
Rezeki-Jodoh-Maut Takkah Pernah Tertukar,
Dunia bukan akhir segalanya, mungkin jika tak ditemui di dunia tandanya Allah siapkan di surga yang lebih kekal abadi 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review