19 Februari 2014

Manfaatkan Hasil Penelitian Kampus

di 12.17



Jepang merupakan negara yang tidak bisa hidup tanpa riset, kata seorang alumnus beasiswa Jepang di UGM beberapa waktu lalu. Kondisi alam sekitar memang rawan bencana, tidak sesubur Indonesia yang merupakan daerah khatulistiwa. Matahari di Indonesia rutin bersinar tidak seperti matahari yang melintasi daerah lain. Dengan tekanan sedemikian rupa, tidak heran negara Jepang hanya bisa bertahan hidup dengan adanya riset. Sekolah di Jepang terbiasa melakukan penelitian, dan hampir semua aspek kehidupan (sandang, pangan, papan) dihasilkan melalui tekhnologi.

Tidak heran agaknya ketika 1945 Jepang dijatuhi bom atom yang membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom tersebut. Yang membuat seluruh dunia kagum adalah ketangkasan Jepang dalam penanganan setelah penyerangan. Jepang tidak butuh waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai keadaan. Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang segera menjadi salah satu jantung perekonomian dunia.
Sempat ada kelakar jika Jepang tidak dijatuhi bom, mungkin mereka tidak akan semaju sekarang ini. Dan hanya ada satu cara menyamai Jepang, dengan memintanya untuk berhenti sejenak menunggu kita bangkit. Indonesia sejak 1945 hingga saat ini 68 tahun merdeka masih merupakan negara berkembang yang harapannya jangan hanya kembang kempis. Sebenarnya Indonesia ini tidak begitu terpuruk kok, lihat saja jumlah kampus yang ada di Indonesia ada sekitar 2.647 kampus, swasta 2.435 dan Negri 212. Tidak untuk memperdebatkan hitungan ini benar atau tidak tetapi yang lebih hakiki adalah kemana hasil pemikiran dan penelitian mahasiswa/dosen?

Mahasiswa wajib membuat skripsi, tesis bahkan disertasi untuk tiap jenjang akademiknya, belum lagi banyaknya lembaga penelitian (lemlit), berbagai jurnal disetiap fakultas dan call for paper yang bejibun setiap tahunnya. Lalu kemana semua itu? Hasil-hasil riset selama ini tidak bisa dibilang sedikit dan biasanya hanya berakhir di perpustakaan, hanya orang-orang tertentu  yang mau mengaksesnya . Dana yang digelontorkan pemerintah atau kampus sendiri pun tidak bisa dibilang sedikit. Lalu mengapa tidak diberdayakan?

Sebagai contoh untuk pelatihan kurikulum 2013 dikti mengalokasikan 50 juta perprovinsi dan pelatihan yang harusnya 2 bulan disingkat menjadi 2 minggu. Dana yang belum habis itu kemudian dikembalikan lagi ke Pusat karena masa pelatiahan selesai dana belum juga habis. Jika dilihat memang Indonesia ini lebih banyak ilmu sosial dari pada ilmu alamnya, sehingga memang penelitian yang dilakukan terkesan diulang-ulang dan seputar opini saja, masih jarang yang sampai pada penemuan produk (Research and Development).
Permasalahan lain, adalah turunnya anggaran setiap tahunnya dibulan oktober padahal bulan desember sudah harus laporan ke pusat (menjelang akhir tahun tutup buku). Dugaan ini yang menjadikan penelitian kurang bermutu karena ketergesa-gesaan. Bayangkan hanya dalam waktu 2-3 bulan saja peneliti bisa melakukan hal besar apa? Karena dalam penelitian butuh survey awal (observasi), pengumpulan data hingga proses penelitian yang bervariasi kebutuhan dananya. Ada penelitian yang memang butuh dana besar sehingga ketika menunggu dana turun ia kalang kabut kerja cepat sehingga hasilnya tidak maksimal. Ada juga dengan idealisme tinggi ingin membuat hal besar namun pupus dan hanya membuat sesuatu yang biasa-biasa saja hanya karena minim dana dan harus pakai kantong pribadi. Jadi saat ini masalah yang dihadapi Indonesia bukan lagi dana karena alokasi 20% ini sangat besar hanya realisasinya yang perlu dibenahi, dan profesionalitas dan komitmen pemimpin yang mempunyai otoritas yang punya kuasa. Kembali lagi niat kita apakah sekedar menggugurkan tanggung jawab meneliti atau memang berniat mengubah Indonesia dengan riset-riset yang bermutu? Kita tunggu capres dan jajarannya di 2014 ini semoga lebih mengedepankan integritas dan kesungguhan kerja untuk memajukan rakyat dari pada pamor partainya. Terlebih kita dihadapkan pada area pasar bebas ASEAN 2015 dimana tidak ada sekat antar negara. Semoga    


 di Metro Riau tanggal sekian

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review