18 Desember 2012

Siapa dulu ibunya..............

di 13.56
Ingatkah kita akan kisah nabi Nuh AS yang taat dan alim, namun memiliki anak dan istri yang membangkang...
Atau Ibrahim yang kokoh kuat dan berani, hidup bersama ayah yang keras tapi berhasil menjadi bapak para Nabi...
Atau Asiah yang mendampingi Fir’aun yang kasar lagi beringas...
Atau Nabi Isa yang tak memiliki bapak namun kokoh iman hingga menjadi Nabi yang mulia...
Jika ibunya baik anaknya pasti baik, contoh: Asiyah==> Musa...
Jika Ibunya tidak baik maka anaknya pasti juga tidak baik, ex: Istri Nuh ==>Kan’an...
Jika suami Istri baik maka anaknya akan baik ==>Ismail...
(notes ceramah MQ FM suatu pagi)



Tarbiyatul Aulad/ Mendidik anak merupakan komponen penting dalam membentuk keluarga sakinah. Tentu mendidik anak diawali dari memilih calon ibu #pra nikah
Tentu sesuai anjuran Nabi,“Utamakan Agama diatas pangkat, keturunan dan kecantikan“. Nah, PR berat ni buat para calon ayah yang menginginkan anak sholeh/hah. Berat namun bila ada niat maka dapat #senyuum
bunda shalehah 
Contoh diatas bukan mutlak terjadi namun kemungkinan besar seperti itu. Bila ibunya baik anaknya pasti baik? #apakah menjamin?

“Ow ada yang bilang belum tentu, ada tuh tetangga saya ibunya solehah bgt tapi anaknya bukan main nakalnya”

Sepintas kita ikut manggut-manggut, “iya ya bener juga” namun bila mencoba menelusuri lebih jauh maka saya berpikir “ibunya baik aja anaknya masih gak bener, apapula kalo ibunya sama gak benernya mo jadi apa itu anak”

Tapi sepintas memandang sekeliling saya prosentasinya kecil, memang jika ibunya baik anaknya juga baik. Kalo ada yang protes ya itu pengecualian alias beberapa anak saja yang memang jadi anugerah untuk menaikkan derajat orang tuanya. #pahala

Menjadi Ibu yang baik memang berat. Sunnatullah bahwa yang mendidik anak adalah Ibunya, jadi tak heran bila sandaran pendidikan pada lembaga maka anak jadi tak patuh atau acuh.
Kunci utama yang harus diajarkan seorang Ibu adalah Tauhid, seperti Kisah Lukman AS yang digelari Al-Hakim (yang memiliki Hikmah). Dan kuncinya si Ibu harus tahu dulu baru bisa mengajarkan kebaikan pada anaknya. Inilah nilai penting bahwa Ibu harus terus belajar dari pra hingga pasca menjadi Ibu agar dapat membawa anak ke jalan kebaikan karena bagaimanapun Ibu yang mempunyai peran penting dan biasanya Ibu yang punya naluri kepekaan dengan anak. Suatu saat ketika saya masih di pondok, kan komunikasi terbatas dan memang dibatasi namun heran aja kalo udah mbatin “aduuh uang habis, perut laper pengen ditengok nih” eh tiba-tiba aja beberapa menit kemudian Ibuku tercinta sudah di ruang tamu pondok sambil bawa jinjingan makanan dan bekal lainnya #sumringah

Wow, amazing.. selalu saja ketika saya menjelang ujian/gundah mendera tanpa memberi kabar pada Ibu tiba-tiba saja Ibu menelepon. Ya Allah terima kasih atas ilmu kebatinan ini, saat kantong saya kempes tak kuasa menelepon beliau selalu saja ada Ibu menelepon duluan. Ini sih pengalaman saya, pasti teman-teman juga sering merasakan demikian #dengan berbagai versi

Bangga kan ketika ada anak berprestasi maka orang-orang akan bertanya “siapa sih ibunya?” #nada bahagia, ketawa ketiwii . Namun jika si anak nakal dan bandel maka orang-orang juga akan berkata dengan kata yang sama “siapa sih Ibunya? #nada kesal plus sumpah serapah.

Nah, mari bina diri tuk terus menimba ilmu berpacu dengan waktu. Bila telah menjadi Ibu maka dedikasikan diri sebaik-baiknya tak kenal lelah mengeruk dalamnya samudra ilmu, dan jika masih sendiri dan menjadi calon Ibu maka siapkan madrasahmu tuk mendidik calon-calon surgawi serta perkuat istikhorohmu tuk temukan kepala madrasahmu.. hehe

#bahagianya jadi Ibu.


*suatu saat kelak,


0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review