27 Agustus 2014

Pengaruh Buku Bagi Psikologis Anak

di 08.31



Saya teringat, ketika masih kecil sangat suka sekali buku-buku bergambar dan tema cerita yang berbau keluarga. Menyesal memang, dahulu belum banyak buku anak yang tersedia. Buku yang saya baca seputar roman seperti:  Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul MuisKasih Tak Terlerai oleh Suman HS, siti Nurbaya, cara pembuatan kecap, keterampilan, dan lain sebagainya. Kala itu entah memang karena hidup didaerah terpencil atau memang saya yang kurang mencari. Masa kecil saya hidup di Poso, Sulawesi Tengah dan memilih hijrah ke Jawa bersama keluarga saat kerusuhan besar tahun 2000.

Saat itu jarang sekali ada toko buku, atau shopping seperti di daerah Jogja apalagi Pameran. Untuk ukuran swalayan saja sebesar Alfamart sudah menjadi pusat satu-satunya saat itu sekitar tahun 1990an. Wajar memang, asupan buku hanya dicarikan orang tua saya dari SMP tempat dimana mereka mengajar. Bisa dikatakan sedikit sekali buku anak-anak yang ada. Teman saya zaman itu hanyalah majalah BOBO yang menyuguhkan kisah kancil mencuri timun, kura-kura dan monyet serta kisah rakyat lainnya. Acara TV pun kala itu hanya TVRI yang lebih banyak berita, acara anak seperti dogeng pak Raden, susan dan kak Ria dan lainnya hanya ada di hari minggu.
Namun efeknya sangat saya rasakan saat ini. Ada satu kisah yang tak terlupakan hingga saat ini. Persis judulnya saya lupa. Kisah tersebut menceritakan tentang 5 orang anak yang ditinggalkan orang tuanya, bukan cerai hanya saja kedua orang tua itu mempunyai pikiran yang sama saat meninggalkan rumah. Si bapak pergi dan berfikiran bahwa istrinya tinggal dirumah, si Ibu pun demikian berfikir bahwa bapak dirumah bersama anak-anak. Anak pertama dari kedua bapak ibu itulah yang yang mencuri perhatian saya.  Si sulung yang merasa dialah penanggung jawab dengan cekatan dan memutar otak bagaimana menyediakan sarapan setiap pagi. Detailnya novel ini sangat jelas, bagaimana ia memasak nasi mulai dari mencuci beras hingga menanaknya. Setelah itu cara dia memasak sayur bayam, membuat sambal lalu membangunkan adik-adiknya, membagi pekerjaan rumah sembari menyembunyikan kalau orang tuanya entah kemana. Seminggu ditinggal dan si kakak mampu ‘surfife’ tanpa uang, tanpa bekal yang cukup. Usaha yang ia lakukan adalah membuat kecap dari air kelapa lalu menjualnya. Cara menjaga adiknya yang membuat saya terharu, adik bayinya dia asuh sebaik mungkin padahal ia pun harus sekolahh. Seminggu kemudian orang tuanya datang dan kaget mengetahui hal itu.
Cerita itu sangat melekat dikepala saya dan menjadikan dorongan apa yang harus dilakukan bila orang tua tidak dirumah. Dari hal ini saya bisa mengambil kesimpulan bahwa membaca menjadi asupan energi yang tak lekang zaman, membekas hingga mati.

Buku anak saat ini.
Pada Desember 2003 lahir sebuah serial  baru di DAR! Mizan bernama Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Buku pertama ditulis oleh Sri Izzati yang kala itu masih berusia 7 tahun, berjudul Kado untuk Ummi. Hanya berselang sebulan, terbitlah buku kumpulan puisi berjudul Untuk Bunda dan Dunia yang ditulis Abdurrachman Faiz, saat itu berusia 8 tahun.
KKPK adalah sebuah seri di DAR! Mizan (Kelompok Mizan) yang khusus menerbitkan buku-buku karya penulis cilik berusia di bawah 12 tahun. KKPK  dibentuk secara idealis untuk menampung karya generasi penerus bangsa; sebagai wadah berimajinasi bagi penulisnya dan sumber inspirasi bagi pembacanya. Seri ini juga dibuat dengan landasan dan orientasi untuk memberikan bacaan yang sesuai dan tepat bagi anak-anak yang ditulis oleh anak-anak juga.   Intinya dari penulis anak untuk pembaca dan (calon) penulis anak.
Pada 2003-2006 belum begitu banyak karya KKPK yang terbit. Penulisnya bisa dihitung dengan jari. Namun sejak Konferensi Penulis Cilik KKPK pada 2008 digelar, jumlah penulis dan pertumbuhan tulisan anak-anak usia 7-12 tahun semakin menjamur. Melalui Konferensi yang setiap tahun rutin digelar, para penulis KKPK terus bertambah. Hingga memasuki tahun ke-10, KKPK telah menerbitkan  300 judul buku dengan jumlah penulis lebih dari 200 anak.
Dari sisi demografi, penulis KKPK kini tersebar ke seluruh penjuru provinsi di Indonesia. Tidak lagi hanya di kota-kota besar d Pulau Jawa. Demikian halnya dengan penggemar seri KKPK. Saat ini yang tercatat di group Facebook mencapai lebih dari 83.000 anak, berasal di kota besar maupun kota kecil. Para penggemar KKPK di group Facebook ini terus dikelola dengan memberikan informasi-informasi produk, lomba  penulisan, quiz, dan sebagainya.
Beberapa judul buku KKPK juga sudah menembus pasar internasional, yakni Malaysia dan mendapat smabutan hangat dari anak-anak di negara tetangga itu. Memasuki tahun ke-10, KKPK juga sudah mengembangkan serinya. Selain buku-buku KKPK regular berisi kumpulan cerita pendek, novel ataupun puisi, kini juga menerbitkan KKPK Komik, KKPK Lux Full color kumpulan cerpen hasil Lomba, dan selanjutnya buku cerita kisah nyata (Juice Me), traveling (Travela), serta kuliner (Cookidz). Karya-karya penulis cilik ini sudah pula diadopsi ke layar televisi dalam sebuah tv serial. Dan kini, tengah proses menuju layar lebar. (http://media.kompasiana.com/buku/2013/09/23/10-tahun-kkpk-gelar-konferensi-penulis-cilik-indonesia-2013-592401.html). Tahun 2010 saya baru melihat buku KKPK ini. Caca dan Adam, anak Bunda Asma Nadia bahkan sejak kecil sudah menulis dan membuat puisi dan cerpen yang luar biasa bagus.
Tahun 2013, Kemendikbud memberikan penghargaan kepada 15 penulis cilik. Peserta yang berpartisipasi terdiri dari 23 Propinsi denga 526 peserta  yang di seleksi oleh dewan juri yang terdiri dari praktisi dan akademisi. Pemenang piala apresiasi sastra Indonesia bagi penulis cilik dengan kategori penulis Juara 1 adalah Jasmine Putri Lintang Sagara Dewi, SDIT Arrahman, Jawa Barat, Juara 2 adalah Intan Nurhaliza, SDN Cipayung 01, Jawa Barat, dan Juara 3 adalah  Ayesha Kamila Rafifah, SD Global Islamic School, DKI Jakarta.
Pemenang Lomba Menulis Cerpen Kategori Penulis Pemula sebagai Juara 1 adalah Salma Rihhadatul Aisy, SD Plus Insan Robbani, Banten, Juara 2 adalah Meiza Maulida Munawaroh, SDN Jenang 02, Jawa Tengah sedangkan Juara 3 adalah Delfina Tazani Fiaryanda, SD Inpres Buli, Maluku Utara.
Karya terpilih dengan kategori penulis Lomba Cipta Pantun,  Juara 1 adalah Elita Fitria, SDN 08 Nanga Lauk, Kalimantan Barat, Juara 2 Rahmi Soleha, SDIT Nurul Ilmi, Jambi sedangkan Juara 3 adalah Jasmine Indri Putri, SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan Barat. Kategori Lomba Cipta Syair sebagai Juara 1 adalah Nadasyrin Shaqinaz, SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan Barat, Juara 2 Eriqqa Hassatunnisa, SD Islam Al-Azhar 21 Pontianak, Kalimantan Barat sedangkan Juara 3 Tri Refianingrum, SD 1 Rancamaya, Banyumas, Jawa Tengah.
Kategori untuk Lomba Mendongeng sebagai Juara 1 adalah Ihsan Wibisana Nasution, SDN Petojo Utara 013 Pagi, DKI Jakarta, Juara 2 Dzaka Mthassin Ramzan, Madrasah Ibtidaiyah, Alhikmah, Jawa Barat sedangkan Juara 3 adalah Zaniarti Salwa, SDN 57 Ketam Putih, Riau. (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1870)
Untuk buku anak saat ini sudah sangat baik hanya perlu terus dikawal untuk tetap produktif. Menulis juga sarana pembiasaan yang positif  buat anak. Dari pada terjerumus pada hal negatif, kecenderungan pada game dan gadget lebih baik arahkan anak untuk menulis. Dengan menulis kepuasan yang didapat beragam, mulai dari hobi semangat berbagi hingga bisa menghasilkan uang sendiri juga nama yang dikenal publik.
Semoga maju terus buku anak Indonesia
  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lima Belas Menit Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review